REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam Islam, seorang Muslim dilarang berbuat riya. Karena sifat riya merupakan kemunafikan dan kesyirikan.
Dalam kitab Minhajul Muslim karya Syekh Abu Bakar Jabir Al-Jaza’iri dijelaskan, seorang Muslim sudah seharusnya mempraktikkan imannya sebab mereka bertauhid. Dengan iman dan tauhid tersebut, seorang Muslim menentang akhlak riya dan kemunafikan.
Allah SWT dan Rasulullah membenci akhlak riya. Untuk itu, umat Muslim diperintahkan untuk menghindarinya, termasuk saat melaksanakan perayaan Idul Fitri. Jangan sampai apa yang kita kenakan, makan, memiliki (berupa materi), hingga beribadah disyiarkan semata-mata hanya ingin dipandang orang lain, bukan ditujukan kepada Allah SWT semata.
Perbuatan riya dibenci Allah. Allah berfirman dalam Alquran Surah Al-Maun ayat 4-6 berbunyi: “Fawaylul-lilmusholin. Alladzina an sholatihim sahun. Alladzina hum yuro’un.”. Yang artinya: “Maka celakalah bagi orang-orang yang sholat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari sholatnya dan orang-orang yang berbuat riya,”.
Semoga dalam memaknai Idul Fitri 1441 Hijriyah ini, setiap pribadi Muslim dapat semaksimal mungkin menghindarkan sikap riya dalam laku sikap dan perkataan. Dalam sebuah hadits, Rasulullah pun menekankan bahaya riya.
Rasulullah bersabda: “Man ro-a ro-allahu bihi wa man samma’a samma’a bihi.” Yang artinya: “Barangsiapa yang berbuat riya (pamer), maka Allah akan mempertunjukkan aibnya (di hari kiamat). Dan barang siapa yang ingin agar amalnya didengar, maka Allah akan memperdengarkan aibnya (pada hari kiamat),”.
Hadis tersebut berkadar shahih dan diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. Semoga kita semua terhindarkan dari sikap riya.
Wallahu a’lam