REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika kematian tiba, orang kafir memohon untuk dikembalikan ke dunia. Dikutip dari buku Azab dan Nikmat Kubur karya Syaikh Husain bin Audah al Al-Awaisyah, disampaikan dalam surat al-Muminun ayat 99-100.
"(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia)".
"Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan".
Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu anhuma "(Menjelang wafat) di hadapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam diletakkan satu wadah yang terbuat dari kulit, atau wadah terbuat dari kayu (Umar ragu) yang berisikan air. Kemudian beliau memasukkan kedua tangannya ke dalam air dan mengusap wajah dengannya, lalu berkata: 'La ilaha illallah, sesungguhnya kematian itu dibarengi dengan sakratul maut'. Setelah itu, beliau mengulurkan tangannya seraya berkata: 'Fir Rafiqil A'la (di surga tertinggi)', sampai beliau wafat dan tangannya terkulai.
Tidak akan diterima keimanan orang kafir saat kematian tiba. Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu, dia menuturkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Ketika Firaun ditenggelamkan oleh Allah, dia berkata: 'Aku beriman bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali yang dipercayai Bani Israil, lalu Jibril berkata: 'Wahai Muhammad seandainya engkau melihatku pada waktu itu; aku mengambil lumpur yang berwarna hitam dari dasar laut lalu aku menjejalkannya ke mulut Firaun. Karena aku khawatir saat itu rahmat-Nya akan mendatanginya, hadist Al Bukhari.
Kemudian Malaikat maut datang di dekat kepala seorang hamba menjelang kematian. Malaikat maut memberi kabar gembira untuk orang mukmin berupa ampunan dan karunia-Nya, juga kabar buruk kepada orang kafir berupa kebencian dan murka Allah.