Ahad 24 May 2020 03:39 WIB

Sedekah Berlipat 120 Ribu

Rasa ibanya pun muncul setelah melihat orang fakir itu.

Aneka bungkusan bahan makanan gratis tergantung di tembok di Kampung Menayu, Magelang, Jawa Tengah, Ahad (17/5). UntuK membantu perekonomian warga kurang mampu imbas pendemi virus corona, warga bersedekah bersama dengan memberikan bahan makanan gratis
Foto: Wihdan Hidayat/ Republika
Aneka bungkusan bahan makanan gratis tergantung di tembok di Kampung Menayu, Magelang, Jawa Tengah, Ahad (17/5). UntuK membantu perekonomian warga kurang mampu imbas pendemi virus corona, warga bersedekah bersama dengan memberikan bahan makanan gratis

REPUBLIKA.CO.ID, Ulama besar Fudhail bin Iyadh pernah berkisah tentang seorang lelaki yang keluar dengan seekor kambing. Ia menjual kambing itu seharga satu dirham untuk membeli tepung. Setalah itu, dia melewati dua orang yang sedang berkelahi. Ia berkata, "Apa ini?"

Dari penjelasan warga, mereka berkelahi hanya untuk memperebutkan satu dirham. Karena itu, timbul rasa kemanusiaannya. Ia memberikan satu dirham hasil menjual kambing itu kepada keduanya. Padahal, dia sudah tidak memiliki apa-apa lagi. Dia pun pulang menemui istrinya dan menceritakan apa yang terjadi. 

Istrinya lantas mengumpulkan apa saja yang ada di rumah untuk dijual. Namun, semuanya tidak laku. Sang suami berjalan gontai. Di tengah jalan, dia bertemu seorang lelaki yang membawa ikan dengan kondisi rusak.  Pembawa ikan itu berkata, “Engkau membawa barang yang tidak laku, begitu pun aku. Bagaimana kalau aku beli barangmu dengan apa yang aku bawa ini?”

Dia setuju. Mereka saling menukar barang. Dia membawa ikan tersebut ke rumah. Sesampainya di rumah, dia berkata kepada istrinya agar membersihkan ikan itu segera karena mereka hampir mati kelaparan. 

Saat perut ikan itu dibelah, mereka pun mendapatkan mutiara di dalamnya. Tak tahu berapa harga mutiara itu, dia bergegas mencari temannya yang ahli mutiara. Temannya itu berkata hanya bisa membeli mutiara itu seharga 40 ribu dirham. Jika mau, akan dibayar sekarang. Jika dia mau lebih dari itu, ahli mutiara itu menyuruhnya ke orang lain karena akan memberikan harga yang lebih tinggi. 

Dia pun pergi ke orang yang direkomendasikan. Setelah melihat mutiara tersebut, lelaki itu memeriksanya. Dia berkata hanya bisa membayar mutiara itu seharga delapan puluh ribu dirham. Jika ingin lebih dari itu, dia merekomendasikan orang lain yang bisa membayarnya lebih. 

Lelaki ketiga berkata akan membayar mutiara tersebut senilai 120 ribu dirham. Dia mengatakan tidak akan ada yang bisa membayar lebih tinggi dari itu. Orang itu pun mendapat bayaran yang diletakkan pada dua belas bungkusan. Di dalamnya masing-masing berisi sepuluh ribu dirham. 

Dia hendak pulang. Begitu akan masuk rumah, dia melihat seorang fakir berdiri meminta di depan pintu rumahnya. Rasa ibanya pun muncul setelah melihat orang fakir itu. Dia pun meminta kepadanya untuk mengambil separuh dari 12 bundel harta yang baru dimilikinya. Si fakir membawanya. Tetapi, sebelum jauh berjalan, dia kembali lagi dan berkata:

Saya bukanlah orang miskin. Tapi saya malaikat urusan Tuhanmu untuk menemuimu. Allah memberimu balasan satu dirham dengan dua puluh qirath. Ini adalah satu qirath yang diberikan-Nya kembali. Ada pun sembilan belas qirath lainnya disimpan untukmu di akhirat. (Ditukil dari Habiburrakhman El Shirazy, Di Atas Sajadah Cinta). 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement