REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Silaturahim berasal dari dua suku kata. Silah, artinya 'hubungan.' Kemudian, rahim, yang berarti 'keluarga' atau 'kekeluargaan.'
Rahim juga merujuk pada suatu organ dalam tubuh perempuan yakni tempat kandungan janin. Arti asalnya sendiri adalah 'kasih sayang.' Alhasil, silaturahim berarti 'hubungan kekeluargaan yang didasari rasa kasih sayang.'
Sementara itu, ada pula istilah yang agaknya marak di tengah masyarakat: silaturahmi. Ini berasal dari kata silah ('hubungan') dan rahmi. Rahmi itu berarti 'penyakit yang diambil dari rahim seorang perempuan sehingga perempuan itu tidak lagi bisa hamil' (Qamus al-Muhith, Juz II, halaman 317).
Maka dari itu, kalau kita artikan secara harfiah, silaturahmi akan berarti 'hubungan atau menghubungkan penyakit yang diambil dari rahim seorang ibu.'
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) biasa dipergunakan 'rahmi' bukan 'rahim'. Akibatnya, silaturahim dianggap tak baku.
Pemaknaan silaturahim
Silaturahim ini suatu tuntutan di masa azali. Pada saat janin itu baru saja ditiupi ruh. Waktu itu, rahim berdiri memegangi janji Allah. Meminta supaya rahim ini dijadikan sebagai pangkal hubungan atau jalinan kekeluargaan. Maka, janji Allah, "Siapa menyambungmu akan Ku-sambungkan, dan siapa memutusmu akan Ku-putuskan dia" (hadis qudsi diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim).
Seusai menceritakan hal itu, Rasulullah SAW lalu membacakan ayat, dan para sahabat pun dianjurkan untuk membacanya. Yakni, surah Muhammad ayat 22-23.
Artinya, "Maka apakah sekiranya kamu berkuasa, kamu akan berbuat kerusakan di bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dikutuk Allah; lalu dibuat tuli (pendengarannya) dan dibutakan penglihatannya."