Jumat 15 May 2020 21:49 WIB

Penghuni Surga ‘Menjenguk’ Penghuni Neraka

Hamba Allah ini bersumpah jika dia nyaris diseret ke dalam neraka karena temannya itu

Gerbang Neraka, Turkmenistan
Foto: red online
Gerbang Neraka, Turkmenistan

REPUBLIKA.CO.ID,Kisah penghuni surga kerap diceritakan dalam Alquran. Beragam kisah disampaikan melalui firman-Nya agar menjadi hikmah bagi setiap pembaca yang merenungi ayat-ayat Allah SWT.

Prof Yunan Yusuf dalam Tafsir Alquran Juz XXIII (Juz Wa Ma'liy) menjelaskan, sebagian dari hamba-hamba yang disucikan itu menemui sebagian lainnya. Mereka saling bercakap-cakap antara satu dengan lainnya. Mereka juga saling berkunjung dan bertegur sapa. Tampak suasana keakraban di antara mereka.

"Maka, sebagian mereka menemui sebagian yang lain sambil saling bertanya. Berkatalah salah seorang di antara mereka, 'Sesungguhnya aku dahulu (di dunia) pernah mempunyai se orang teman.'" (QS as-Shaffat: 50-51).

Warga surga ini mengisahkan jika dia pernah menemui seseorang. Dia bertanya dengan kali mat yang dikutip Alquran. "Yang berkata, 'Apakah sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang membenarkan (hari kiamat)? Apabila kita telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang be lulang, apakah kita benar-benar (akan dibang kitkan) untuk diberi pembalasan?'" (QS as-Shaf fat: 52-53).

Setelah menceritakan pengalaman berbincang dengan seorang teman di dunia kepada sahabatnya di surga, dia pun berkata, "Dia berkata, 'Maukah kamu meninjau (temanku itu)? Maka dia meninjaunya, lalu dia melihat (teman) nya itu di tengah-tengah neraka yang menyala-nyala." (QS as-Shaffat: 54-55).

Sahabatnya itu menerima ajakan tersebut. Mereka pun meninjaunya ke neraka. Sesampainya di neraka, mereka melihatnya berada di tengah-tengah api yang sedang menyala-nyala. Me reka berdua keluar dari surga untuk pergi ke neraka. Mereka hendak menyaksikan langsung apa yang sedang dialami temannya sesama di dunia itu karena tidak memercayai Hari Berbangkit.

photo
Surga (ilustrasi) - (blogspot.com)

Mereka kemudian menemukan temannya itu. "Dia berkata, 'Demi Allah engkau hampir saja men celakakanku. Dan sekiranya bukan karena nikmat Tuhanku, pastilah aku termasuk orangorang yang diseret (ke neraka)'." (QS as-Shaffat: 56-57).

Hamba Allah ini bersumpah jika dia nyaris diseret ke dalam neraka karena temannya itu. Dia pun bersyukur karena adanya rahmat dari Allah dia bisa selamat dari jilatan api neraka.

Jika diperhatikan, ungkapan selamat dari bahaya api neraka itu karena sepenuhnya rahmat dari Allah. Hamba itu tidak menyebut alasan dia se lamat dari neraka karena keimanannya terhadap hari akhir. "Keimanan itu sendiri pada hakikat nya ikhtiar yang dilakukan oleh manusia. Namun, keputusan tetap berada dalam genggaman Allah." ujar Prof Yunan.

Tidak hanya itu, Prof Yunan melanjutkan, penggalan ayat "Pastilah aku termasuk orang- orang yang diseret (ke neraka)" merupakan akhlak terhadap Allah. Berdasarkan pemahaman Ahlussunah waljamaah, tidak etis seorang ham ba mengatakan dia selamat dari azab neraka ka rena keimanannya dan kesalihannya. Namun, pe nyelamat manusia di akhirat semata-mata rahmat, anugerah dan pemberian Allah SWT.

Ayat selanjutnya merupakan ayat-ayat renungan dari dua sahabat di surga itu. "Maka, apakah kita tidak akan mati? Kecuali kematian kita yang pertama saja ( di dunia) dan kita tidak akan diazab (di akhirat ini)?"

Mereka kembali memperbincangkan nikmat yang telah mereka rasakan. Termasuk mere nungi kekalnya kenikmatan surga dengan per tanyaan, "Apakah kita tidak akan mengalami kematian lagi, tetapi tetap hidup selamanya? Pertanyaan ini bukan ditanyakan karena tidak tahu. Mereka berada di tengah suasana keharuan me reguk nikmat Allah yang banyak itu. Keha ruan ini mendorong munculnya ucapan apakah kita tidak akan mati.

Setelah adanya penegasan yang membang kitkan rasa syukur mendalam itu, mereka pun berkata jika kematian yang mereka alami hanya sekali. Itulah kematian di dunia. Setelah itu, me reka menegaskan, jika mereka tak mendapat azab di akhirat sebagai penduduk surga. Di surga itu, yang ada hanya kenikmatan-kenikmatan tiada tara.

Mereka pun menegaskan, "Sungguh, ini benar-benar kemenangan yang agung. Untuk (ke me nangan) serupa ini, hendaklah beramal orang-orang yang mampu beramal." (QS as- Shaffat ayat 60-61). Di ujung kisah itu, terdapat pernyataan yang membangkitkan motivasi untuk beramal guna mencapai sebesar-besarnya kemenangan. Wallahu a'lam.

sumber : Dialog Jumat
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement