Ahad 24 May 2020 23:03 WIB

Mengambil Teladan dari Dakwah Rasulullah

Nabi Muhammad menempuh tiga cara dakwah dalam menyampaikan ajaran Allah SWT.

Mengambil Teladan dari Dakwah Rasulullah.
Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Mengambil Teladan dari Dakwah Rasulullah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad menempuh banyak cara untuk menyampaikan risalah Islam, baik selama di Mekkah maupun di Madinah. Sejak awal, Islam sudah menjadi agama dakwah. 

Agama yang menetapkan, mengajarkan, dan mengajak orang untuk berbuat baik, menaati segala yang menjadi kewajiban Islam dan meninggalkan apa yang menjadi larangan Tuhan (amar makruf nahi munkar). Nabi Muhamamd SAW yang mula-mula mendapat tugas dakwah Islam sebagai pelanjut dakwah para nabi dan orang saleh sebelumnya, menjadikan seluruh aktivitasnya sebagai dakwah di jalan Tuhan.

Baca Juga

Semula, dakwah Nabi SAW dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan dari rumah ke rumah. Cara ini ditempuh berkaitan dengan besarnya tantangan dan rintangan dari kaum jahiliyah Quraisy yang terus memusuhi agama baru yang dibawa Muhammad. 

Selain kaum Quraisy, cercaan dan rintangan juga datang dari keluarga Muhammad yang belum menerima ajaran Islam. Semua cobaan itu dihadapi Nabi SAW dengan hati lapang, sabar dan tabah. 

Baru setelah umat Islam bertambah dan makin banyaknya para pemuka suku Quraisy masuk Islam, dakwah dilakukan Nabi SAW secara terbuka dan terang-terangan. Selain secara lisan, dakwah juga dilakukan secara tertulis. 

Cara terakhir ini, misalnya, dilakukan Rasulullah dengan berkirim surat kepada para raja di masanya, di antaranya Raja Heraklius dari Byzantium, Raja Mukaukis dari Mesir, Raja Kisra dari Persia (Iran), serta Raja Najasyi dari Habasyah (Ethiopia). Isi surat itu adalah menyeru mereka untuk menganut agama Islam. 

Agar dakwah dapat mencapai sasaran dengan baik, Allah SWT memberi konsep strategis kepada Nabi SAW. Konsep itu mencakup tiga metode, sebagaimana tercantum surat An Nahl ayat 125, yaitu dengan metode al hikmah, al mau'izah al hasanah, dan al mujadalah billati hiya ahsan.

Dakwah bil hikmah berarti menyampaikan dakwah dengan terlebih dulu mengetahui tujuannya dan mengenal secara benar dan mendalam orang atau masyarakat yang menjadi sasarannya. Kedua, dakwah bilmau'izah hasanah, yang mengandung arti memberi kepuasan kepada jiwa orang atau masyarakat yang menjadi sasaran dakwah dengan cara-cara yang baik, seperti memberi nasihat, pengajaran, serta contoh praktis (teladan) positif.

 

Selanjutnya...

 

sumber : Arsip Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement