REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam al-Tirmizi. Nama lengkapnya Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah bin al-Dhahak al-Sulami al-Bugi al-Tirmizi. Dalam Kitab Haditsnya, Jami’ al-Shahih, sering menuliskan dirinya dengan nama Abu Isa.
Nama ini untuk membedakan dengan nama ulama lain yang memakai sebutan al-Tirmizi juga. Ia lahir pada 209 H, di Kota Tirmiz, tepi sungai Jihun, Khurasan. Sejak muda, ia banyak belajar ilmu Hadits.
Ia mengembara ke berbagai daerah untuk mencari Hadits. Abu Isa pergi ke Hijaz, Khurasan, Makkah, Madinah, Baghdad, Kuffah, Basrah, dan lain-lain.
Beliau memiliki banyak sekali guru, termasuk memperoleh didikan khusus dari Imam Bukhari. Keahlian Imam al-Tirmizi dalam bidang Hadits dan keilmuan Islam tidak ada yang meragukan.
Ini dapat dilihat dari karya-karyanya. Seperti, misalnya, Jami’ as-Shahih (yang lebih dikenal dengan Sunan al-Tirmizi), Kitab ‘Illal (kitab ini dimasukkan dalam bab terakhir dalam Sunan al-Tirmizi), Tarikh, al-Sama’il al-Nabawiyah, al-Zuhud, alAsma’ wa al-Kuna, al-‘Illal al-Kabir, al-Asma’ alSahabah, dan al-Asma’ al-Mauqufat.
Imam al-Tirmizi meninggal dunia pada 13 Rajab 279 H di Desa Bug, Kota Tirmiz. Ia meninggal dalam keadaan buta.
Menurut beberapa pendapat, kebutaannya disebabkan oleh perjalanannya mencari Hadits. Imam al-Tirmizi mengalami kebutaan setelah menyelesaikan kitab Jami’ as-Shahih.