Rabu 13 May 2020 18:26 WIB

Sejarah Perang Khandaq

Perang Khandaq merupakan salah satu perang terkenal dalam sejarah Islam.

Sejarah Perang Khandaq. Foto: Jamaah sedang berkumpul di pelataran Masjid Khandaq di kompleks Masjid Sab
Foto: Republika/Fitriyan Zamzami
Sejarah Perang Khandaq. Foto: Jamaah sedang berkumpul di pelataran Masjid Khandaq di kompleks Masjid Sab

REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Perang Khandaq merupakan salah satu perang yang terkenal dalam sejarah Islam. Di mana, umat Islam menggelar strategi perang yang unik untuk mengalahkan pasukan musuh.

Peristiwa itu bermula setahun setelah Perang Uhud pada tahun ke-5 Hijriah kaum di mana kafir Quraisy menggalang kekuatan untuk menghancurkan kaum Muslimin di Madinah. Kaum kafir Quraisy berkomplot dengan Bani Sualim, Kinanah, penduduk Tihamah dan Al-Ahabisy. Mereka menggelar pertemuan di Marru Dzahraan, sekitar 40 kilometer dari Makkah, untuk melakukan serangan besar-besaran.

Baca Juga

Rencana jahat itu terdengar oleh kaum Muslimin di Madinah. Rasulullah SAW lalu mengajak para sahabat untuk bermusyawarah. Kekuatan tentara musuh terbilang sangat besar. Menurut Dr Akram Dhiya Al-Umuri dalam Shahih Sirah Nabawiyah, jumlah kekuatan tentara musuh mencapai 10 ribu orang.

Mereka membawa serta 300 ekor kuda dan 1.500 ekor unta, ujar Dr Akram. Sementara itu, menurut Ibnu Ishaq dalam Sirah Ibnu Hisyam, jumlah tentara kaum Muslimin hanya mencapai 3.000 personel. Bahkan, Ibnu Hazm menyebut jumlah pasukan Islam hanya 900 orang.

 

Dalam musyawarah itu, Salman Al-Farisi menggulirkan sebuah gagasan yang cemerlang. Ia mengusulkan agar umat Muslim menggali parit di wilayah utara kota Madinah, untuk menghubungkan antara kedua ujung Harrah Waqim dan Harrah Al-Wabrah. Daerah ini adalah satu-satunya yang terbuka di hadapan pasukan musuh, papar Dr Akram.

Sedangkan sisi lainnya, bagaikan benteng yang bangunannya saling berdekatan dan dipenuhi pohon-pohon kurma, yang dikelilingi oleh perkampungan kecil yang menyulitkan unta dan pejalan kaki untuk melewatinya. Dr Syauqi Syaqi Abu Khalil dalam Athlas Hadith Nabawi, parit yang digali kaum Muslimin itu terbentang dari utara sampai selatan Madinah.

Panjang parit itu mencapai 5.544 meter, lebarnya 4,62 meter, dan kedalaman 3.234 meter, ungkap DR Syauqi. Dr Akram menyebutkan, panjang parit itu mencapai 5.000 hasta, dan lebarnya sembilan hasta. Setiap 10 orang mendapat jatah untuk menggali sekitar 40 hasta.

Usulan Salman Al-Farisi itu diterima Rasulullah SAW beserta para sahabat, mengingat jumlah pasukan tentara musuh yang begitu besar. Lalu, dimulailah proses penggalian. Menurut Dr Akram, kaum Muhajirin bertanggung jawab untuk menggali dari sekitar benteng Ratij di sebelah timur sampai benteng Dzubab.

Sedangkan kaum Anshar menggali mulai dari benteng Dzubab sampai Gunung Ubaid di sebelah barat, tutur Dr Akram.  Menurut Dr Syauqi, proyek pengerjaan parit yang dilakukan secara gotong-royong itu berhasil diselesaikan selama 9-10 hari. As-Samhudyy dalam Wafa al-Wafa menyebutkan, proses pengerjaan parit itu hanya memakan waktu selama enam hari.

Tak mudah bagi kaum Muslimin menggali parit sepanjang lebih dari lima kilometer itu. Dalam Fathul Bari  dikisahkan,  pada saat itu kondisi Kota Madinah sangat dingin. Tak hanya itu, kaum Muslim pun kekurangan bahan makanan sehingga dilanda kelaparan.

sumber : Pusat Data Republika / Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement