REPUBLIKA.CO.ID, Kemukjizatan Alquran sangat banyak. Bahkan, para ulama pun berbeda pendapat mengenai jumlahnya.
Al Rummani dalam Al-Nukat fi I'jaz Al-Qur'an menyebutkan sedikitnya tujuh kemukjizatan yang dimiliki Alquran. Yaitu, menghindarkan penentangan terhadapnya dengan kuatnya motivasi dan kebutuhan terhadapnya, tantangannya kepada seluruh manusia, sharfah (dipalingkannya pemikiran manusia untuk membuat yang semisal Alquran), balaghah (retorika), berita-berita yang benar mengenai masa depan, melampaui atau di luar kebiasaan, dan keunggulannya dari semua mukjizat yang lain.
Sementara itu, Al Baqillani dalam I'jaz al-Qur'an menolak paham sharfah dan ia menyebutkan hanya tiga segi kemukjizatan Alquran yang meliputi pemberitaan tentang perkara-perkara gaib, penuturan kisah-kisah umat atau orang terdahulu padahal ia disampaikan seorang yang ummi (tak mahir membaca dan menulis); dan keunggulan dalam susunan redaksinya yang indah dan keserasiannya yang menakjubkan.
Namun, Al Baqillani sendiri lebih cenderung memilih segi ketiga ini sebagai kemukjizatan Alquran yang sebenarnya, dan memerinci lagi segi ini ke dalam banyak poin.
Berbeda dengan yang lainnya, Al Qurthubi (w 671 H) dalam mukadimah Al-Jami' li Ahkam al-Qur'an, menyebutkan 10 segi kemukjizatan Alquran. Yakni, susunan redaksi yang begitu indah yang lain dari yang lain, gaya bahasa (uslub) yang lain dari yang lain, jazalah (kefasihan) yang mustahil berasal dari makhluk, pengaruhnya yang besar terhadap bahasa Arab, pemberitaan peristiwa-peristiwa yang telah berlalu sejak bermulanya dunia ini hingga waktu turunnya Alquran, dan terbuktikannya janji-janji yang ada di dalamnya.
Kemudian, pemberitaan peristiwa-peristiwa gaib pada masa mendatang; pengetahuan yang terkandung di dalamnya hikmah-hikmahnya yang matang, serta keselarasan kandungannya lahir dan batin.
Pada zaman modern sekarang ini, para pemikir dan ilmuwan Islam terus menggali berbagai kemukjizatan yang dimiliki Alquran. Bahkan, berkembang segi kemukjizatan yang baru. Seperti kemukjizatan dari segi isyarat atau kandungan saintifik Alquran dan keajaiban matematis yang ada di dalamnya.
Karenanya, rumusan mengenai cakupan kemukjizatan Alquran pada masa modern ini, umumnya sangat berbeda dari kemukjizatan Alquran yang pernah dirumuskan oleh para ulama di zaman klasik.
Misalnya, yang dilakukan Abdullah Al Darraz dalam Al-Naba’ al-‘Azhim (1933), menyebutkan tiga sisi kemukjizatan Alquran (yang juga diamini Manna‘ al-Qaththan dalam Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an). Ketiga segi kemukjizatan itu adalah kemukjizatan dalam aspek kebahasaan (Al-I’jaz Al-Lughawi), kemukjizatan ilmiah (Al-I’jaz al-Ilmi), dan kemukjizatan dari sisi hukum syara (tasyri’).
Pun demikian pula dengan pemikir dan ilmuwan Islam masa kini, seperti Hisham Thalbah, Abdul Majid Zindani, Abd Al Basith Muhammad Sayyid dan kawan-kawan, dalam Al-I’jaz Al-Ilmi fi Al-Qur’an wa al-Sunnah (2009) yang diterjemahkan menjadi Ensiklopedia Mukjizat Alquran dan Hadis, menyebutkan berbagai segi kemukjizatan Alquran.
Baik dari segi bahasa dan sastra, kandungannya, kisah umat terdahulu, kelebihan hewan, keajaiban buah-buahan, keagungan air laut, keajaiban penciptaan alam semesta, dan keistimewaan angka-angka.
Bahkan, kemukjizatan Alquran dari segi bahasa dan sastra yang dibahas Hisham Thalbah dan kawan-kawan, mencakup sebanyak 24 kemukjizatan. Di antaranya, kemukjizatan fonetik Alquran, teks, uslub (gaya bahasa), rahasia bahasa, semantik Alquran, dan makna huruf-hurufnya.
Sedangkan, Musthafa Muslim dalam Mabahits fi I’jaz Al-Qur’an menyebutkan empat segi kemukjizatan Alquran. Lalu, Muhammad ‘Abd al-‘Azhim al-Zarqani dalam Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum al-Qur’an menyebutkan 14 segi kemukjizatan Alquran.
Sementara itu, Khalid Abdurrahmân al-‘Akk dalam Ushul al-Tafsir wa Qawa’iduh menyebutkan 12 sisi kemukjizatan Alquran. Dan, salah seorang pakar Alquran di Indonesia, Quraish Shihab dalam Mukjizat Al-Qur’an dan Sejarah Ulum Al-Qur’an menyebutkan ada tiga aspek besar kemukjizatan Alquran.
Ketiga aspek itu, menurut Quraish Shihab, adalah keindahan dan ketelitian bahasanya; isyarat-isyarat ilmiah yang terkandung di dalamnya, dan pemberitaan gaibnya.
Beragam rumusan para ulama mengenai sisi kemukjizatan Alquran itu justru menunjukkan betapa banyaknya sisi Alquran yang menakjubkan. Alih-alih saling memberi penegasan, perbedaan pendapat mereka itu justru tampak saling menguatkan satu sama lain.
''Sebenarnya dalam Alquran terdapat beribu mukjizat,'' kata Al-Zarqani. Dan, keragaman pandangan para ahli Alquran tersebut merupakan petunjuk bahwa Alquran adalah kitab yang dari mana saja manusia memandangnya, maka akan tampak kilauan cahayanya.