Senin 11 May 2020 16:15 WIB

Sikap Pengusaha di Masa Krisis

Sejumlah pengusaha memiliki ambisi yang berbeda saat krisis.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Muhammad Hafil
 Sikap Pengusaha di Masa Krisis. Foto:  Pengusaha Muslim/Ilustrasi
Foto: Blogspot.com
Sikap Pengusaha di Masa Krisis. Foto: Pengusaha Muslim/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA --  Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah menyampaikan kajian online dengan tema Sikap Pengusaha di Masa Krisis melalui akun Youtube resminya pada Ahad (10/5). Ia menyampaikan sejumlah saran yang dapat dilakukan pengusaha selama pandemi covid-19.

Ustadz mengatakan, pada kondisi saat ini sebagian besar orang merasa galau, hati menjadi sempit, karena manusia hanya melihat pada kesusahan. Mereka lupa dengan nikmat yang Allah berikan. Hal ini menyebabkan banyak orang yang stres, putus asa, dan bunuh diri. Padahal, Allah mengatakan, seorang hamba tidak akan bisa menghitung nikmat yang diberikan kepadanya.

Baca Juga

Dalam Alquran surah An Nahl ayat 18 disebutkan, "Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".

Ia mengungkapkan, sejumlah pengusaha memiliki ambisi yang berbeda dalam masa krisis. Pedagang yang jujur, maka akan dibangkitkan bersama dengan Nabi.

"Tapi kadangkala ada yang punya ambisi dunia. Ustadz, di bawah ana ada 100 pekerja, seakan berempati, tapi kalau mau jujur engkau mau harta, kita perlu jujur apa engkau berjuang untuk mereka? pengusaha harus sadar," kata ustadz.

Pada masa kekhalifahan Umar bin al-Khaththab Radhiyallahuanhu 18 hijriah, terjadi musim kemarau panjang selama delapan bulan. Tidak ada setetes air hujan yang turun, tanaman pun menghitam. Umar pun berusaha memperkecil pengeluaran yang ia miliki.

Umar hanya mengonsumsi sesuatu yang sedikit, terkadang ia memakan minyak, kemudian gandum yang sudah tidak bagus. Saat perutnya mulai berbunyi, makan ia menekan perutnya.

"Kalau pengusaha benar-benar memikirkan anak buahnya, maka dia harus berkorban. Apakah seperti itu pengusaha? dia belum susah," kata Ustadz.

Ustadz menyampaikan, tidak ada segala hal yang terjadi melainkan atas izin Allah. Hal tersebut tertulis dalam surah Al Hadid ayat 22-24.

"Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah".

"(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri".

"(yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir. Dan barangsiapa yang berpaling (dari perintah-perintah Allah) maka sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

"Semua sudah ditetapkan, apa yang kita hadapi sekarang sudah tertulis di lauhul mahfuzh. Allah menceritakan itu supaya kita tidak terlalu sedih, ada proyek tau-tau kita gak dapet agar kita tidak terlalu sedih, atau ketika mendapatkan kenikmatan jangan bangga," papar Ustadz lulusan Universitas Islam Madinah ini.

Ia mengungkapkan, Allah telah mengingatkan hambanya ketika mendapatkan keberuntungan, itu bukan karena kecerdasan atau keuletan yang dimiliki. Melainkan hal tersebut karena Allah yang memberikan semuanya. Orang yang memiliki keuletan pun tidak dapat bisa berbuat apa-apa ketika ditimpa musibah.

"Terus bagaimana pengusaha, rizki masih ada? Rizki masih ada, kalau habis, anda terkena covid-19 lalu meninggal. Tapi kalau anda masih bernafas, tangan masih bisa bergerak, anda masih mendapatkan rizki," kata ustadz.

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam surah Adz Dzaariyaat ayat 22, "Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan apa yang dijanjikan kepadamu".

Dalam surah An-Nur ayat 37, Allah subhanahu wa ta'ala berfirman, "Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang".

"Laki-laki sebenarnya tidak dilarang berniaga, merantau, tafadol. Tapi kata Allah diingatkan tuh laki-laki spesial tatkala perdagangan mereka tidak membuat mereka lupa dari Allah, menjawab panggilan masjid," ucap Ustadz.

Ia melanjutkan, sebagai seorang hamba maka muslim senantiasa berzikir, membayar zakat, ada ketakutan di hati mereka, tapi bukan takut akan mendapatkan kerugian. Namun mereka takut pada saat hari semua makhluk dibangkitkan.

Ustadz mengungkapkan, pada saat pandemi covid-19, ini dapat menjadi titik balik seseorang untuk dapat mengingat Allah. Terkadang orang-orang lebih sibuk dengan dunia, namun pada saat ini mereka bisa menjadi lebih dekat dengan Allah.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement