REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang mualaf terlibat tanya jawab dengan seorang Muslim yang telah memeluk Islam sejak lahir. Mereka memperbincangkan tentang mana yang lebih utama dalam pandangan Allah: seorang yang sudah menjadi Muslim sejak lahir atau seorang mualaf.
Hal ini ditanyakan mualaf itu pada About Islam. Berikut tanya jawab lengkapnya seperti dikutip About Islam pada Rabu (6/5).
"Saya berbincang tentang Covid-19 dengan seorang yang sudah menjadi Muslim sejak lahir. Kami berbincang tentang kematian yang terjadi di Amerika. Orang itu bertanya berapa banyak umat Islam yang meninggal. Orang itu bersikeras kematian Muslim sejak lahir lebih penting. Saya mengatakan kita seharusnya tak membatasi belas kasih Allah pada umat Islam, itu tidak adil. Orang itu berkata, dia terlahir sebagai seorang Muslim dan saya hanya seorang mualaf. Saya tak mengerti apa yang dimaksud orang itu, tetapi dalam pandangan saya orang yang dilahirkan sebagai Muslim bagaimana bisa merasa lebih penting dibanding orang lainnya, termasuk orang yang pindah agama atau mualaf. Apakah terlahir sebagai Muslim lebih baik dari pada seorang mualaf? Mengapa?"
Jawaban:
Para mualaf yang paling awal adalah beberapa orang terbaik dalam sejarah Islam. Banyak tradisi yang indah yang diturunkan pada kita dan berasal dari orang-orang yang tak dilahirkan sebagai seorang Muslim. Mereka tak dipandang rendah oleh Allah atau Nabi Muhammad.
Taqwa adalah faktor penentu siapa yang menjadi Muslimyang lebih baik di sisi Allah. Apakah Muslim yang sejak lahir atau yang pindah agama (mualaf).
Rasa hormat harusnya diberikan pada mereka yang meninggal karena wabah corona, apa mereka seorang Muslim atau pun bukan. Manusia statusnya tinggi di hadapan Allah, dan kita seharusnya tak hanya menghargai kehidupan umat Islam, tapi semua orang yang meninggal selama pandemi yang meresahkan ini.
Ini adalah kesalahpahaman besar bagi siapa pun, untuk menganggap orang yang lahir sebagai Islam lebih baik atau lebih buruk dari pada orang yang menemukan imannya di kemudian hari (mualaf). Bahkan Allah menghargai setiap kehidupan ciptaannya bahkan juga hewan dan serangga.
Para mualaf yang paling awal adalah orang-orang terbaik dalam sejarah Islam. Kami mencontohkan para sahabat Nabi untuk membantu memahami lebih banyak tentang orang yang terbaik dari seluruh umat manusia.
Mereka ada di sana bersama Nabi ketika Nabi menerima beratnya wahyu. Banyak tradisi baik yang diwariskan pada kita dari orang-orang yang tak dilahirkan sebagai seorang muslim. Mereka tak dipandang rendah oleh Allah dan Nabi Muhammad.
Hal yang paling penting untuk diingat adalah rahmat dan keagungan Allah Yang Maha Tinggi dan bagaimana kita semua mencari ridhanya. Orang selalu berusaha meyakinkan satu sama lainnya bahwa dirinya lebih baik dari yang lain, tapi sesungguhnya Allah memberi kita masing-masing kesempatan dan belas kasihnya.
Ada sebuah hadits yang dapat ditemukan di Sahih Bukhari yang artinya: “Bahwa Qais bin Sad dan Sahl bin Hunaif pernah berada di Qadisiyah. Tiba-tiba ada jenazah yang lewat, lalu mereka berdiri. Salah seorang memberi tahu kepada dua sahabat ini, bahwa itu jenazah penduduk sini (Qadisiyah orang non-Muslim). Mereka menjelaskan, ‘Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah melihat jenazah lewat lalu beliau berdiri. Ada orang yang memberi tahu, Jenazah itu orang yahudi. Beliau menjawab, “Bukankah dia juga manusia.”
Jadi jelas penghormatan harus tetap diberikan kepada mereka yang telah berpindah alam (meninggal), apakah mereka seorang Muslim atau bukan. Status manusia tinggi di mata Allah (SWT) dan kita seharusnya tidak hanya menghargai kehidupan umat Islam tetapi semua orang yang meninggal selama pandemi yang meresahkan ini.