Senin 04 May 2020 19:41 WIB

Menjadi Insan yang Pemaaf

Islam mengajarkan kita agar lebih bisa menahan diri dan menjadi insan yang pemaaf

Menjadi Insan yang Pemaaf (Ilustrasi)
Menjadi Insan yang Pemaaf (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manusia telah ditakdirkan hidup sebagai makhluk sosial. Dalam menjalani kehidupannya, tiap insan membutuhkan orang lain. Ini agar mereka bisa bersosialisasi, hidup berdampingan, dan saling melengkapi.

Dalam aktivitas bersosialisasi, timbulnya berbagai gesekan sosial dan kesalahpahaman niscaya terjadi. Perbedaan watak, karakter, sikap, dan cara pandang kerap menjadi salah satu penyebabnya.

Baca Juga

Namun, di saat gesekan tak dapat dielakkan, Islam mengajarkan kita agar lebih bisa menahan diri. Sikap ini juga patut diamalkan sekalipun kesalahan timbul dari pihak lain. Ya, kita dianjurkan menjadi insan pemaaf.

Allah menjanjikan ampunan dan surga bagi insan pemaaf dan menggolongkannya sebagai orang yang bertakwa. Disebutkan dalam sebuah firman-Nya, "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan" (QS Al Imran: 133-134).

 

Rasulullah SAW adalah contoh ideal sosok insan pemaaf. Dalam menjalankan dakwahnya, beliau mengalami banyak kendala, termasuk kekerasan fisik. Salah satu doa beliau, "Ya Allah, ampunilah mereka, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang tidak mengetahui."

Dan, Rasulullah SAW memberikan contoh teladan sebagai insan yang pemaaf. Dalam sebuah kisah disebutkan, beliau memberi maaf seorang musyrik yang selalu menyirami beliau dengan kotoran tiap kali berangkat ke mesjid. Bukan hanya memaafkan, Nabi SAW bahkan menjenguknya ketika ia terbaring sakit dan lemah tak berdaya.

Itulah ajaran luhur Islam yang telah dicontohkan Rasulullah SAW. Memberi maaf bukan hanya menuntut hati yang lapang, namun juga kesabaran tingkat tinggi. Semoga kita dapat meneladani sikap Rasululah SAW dalam kehidupan kita sehari-hari. Amin.

sumber : Hikmah Republika oleh Asep Rohadian
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement