REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada beberapa ayat Alquran dan hadis Nabi Muhammad SAW yang mengingatkan kita agar memelihara keluarga dari api neraka. Misalnya, surah at-Tahrim ayat 6. Artinya, "Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."
Ketika ayat itu turun kepada Rasulullah SAW, Imam Ja'far As-Shadiq menceritakan, seorang sahabat menangis dan berkata, "Aku tidak mampu menguasai diriku dan kini diberi beban dengan keluargaku."
Mendengar keluhan itu, Nabi SAW bersabda, "Perintahkan keluargamu sebagaimana engkau diperintahkan. Ikuti dan cegah keluargamu sebagaimana engkau dilarang mengerjakan."
Imam Ali bin Abi Thalib menjelaskan makna ayat itu, "Didiklah diri dan keluargamu dengan perbuatan baik dan saleh." Allah Ta'ala secara tegas memerintahkan kita untuk mendidik diri sendiri dan keluarga dengan ajaran-ajaran agama. Dengan begitu, terbentuklah suatu keluarga Muslimin yang bertakwa.
Dampaknya bisa menjalar secara luas. Sebab, bila institusi keluarga baik, maka negara pun baik. Keluarga merupakan "negara kecil." Dalam arti, bila ingin mewujudkan negara yang baldatun thoyyibatun wa Rabbun ghafur, maka kita harus mulai dari keluarga.
Perintah ini menjadi lebih jelas bagi pihak laki-laki, yakni kepala keluarga. Pihak ini adalah pemimpin. Dan, tiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban. Ingatlah sabda Rasulullah SAW: "Kalian semua adalah pemimpin dan seluruh kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpin. Penguasa adalah pemimpin dan seorang laki-laki adalah pemimpin, wanita juga adalah pemimpin atas rumah dan anak suaminya. Sehingga seluruh kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpin” (Muttafaqun alaihi).
Tanggung jawab juga meliputi hubungan antara orang tua dan anak. Tugas orang tua tak sekadar memenuhi kebutuhan pangan, sandang, dan papan untuk para buah hatinya. Lebih dari itu, anak-anak juga perlu kasih sayang dan didikan yang mantap, terutama dalam bidang agama.
Janganlah menjadi orang tua yang terlampau sibuk dalam mengejar karier di luar rumah sehingga lalai dari mendidik anak-anak.
Ibnu Qayyim al-Jauziyah menasihati, "Siapa yang tidak memperhatikan pendidikan anak-anaknya, dan meninggalkannya begitu saja, maka ia sungguh telah melakukan kejelekan yang paling besar kepada mereka."