Sabtu 02 May 2020 15:22 WIB

Kisah Pilu Perang Uhud

Di Perang Uhud, ratusan sahabat Rasulullah meninggal dan Nabi Muhammad terluka.

Rep: Syahrudin el-Fikri/ Red: Elba Damhuri
Suasana di kaki Gunung Uhud, Madinah, Rabu (12/9). Rekahan tak jauh dari kaki gunung itu disebut sebagai tempat berlindung Rasulullah  saat pasukan Muslim terdesak pada Perang Uhud.
Foto:

Kini, jika kita datang ke lokasi tersebut, kompleks pemakaman itu akan terlihat sangat sederhana, hanya dikelilingi pagar setinggi 1,75 meter. Dari luar hanya ada jeruji, sehingga jamaah bisa melongok sedikit ke dalam. 

Bahkan, di dalam areal permakaman yang dikelilingi  pagar itu, tidak ada tanda-tanda khusus seperti batu nisan, yang menandakan ada makam di sana.

Namun demikian, ziarah ke Jabal Uhud telah menjadi menu penting bagi segenap jamaah  haji/umrah, ketika berada di Kota Suci Madinah. Dari manapun mereka berasal, mereka bisanya akan berusaha berziarah ke kompleks makam tersebut.

Seperti yang dikisahkan, lantaran kecintaan Rasulullah kepada para syuhada Uhud, beliau senantiasa berziarah ke Jabal Uhud hampir setiap tahun. 

Langkah beliau kemudian juga diikuti oleh beberapa sahabat sesudah Rasul wafat. Bahkan, dikisahkan bahwa Umar dan Abubakar,  juga selalu mengingatkan Rasul jika perjalanannya telah mendekati Uhud.

Bukit Uhud tersebut, bila dilihat dari kejauhan berwarna agak kemerahan dan terpisah dari bukit-bukit lainnya. Jabal ini merupakan bukit terbesar di Madinah yang terletak sekitar lima kilometer dari pusat Kota Madinah.  Ketinggian buktik, sekitar 1.050 meter.

Bentuk Jabal Uhud, seperti sekelompok gunung yang tidak bersambungan dengan gunung-gunung yang lain. Sementara umumnya bukit di Madinah, berbentuk sambung menyambung. Karena itulah, penduduk Madinah menyebutnya Jabal Uhud yang artinya 'bukit menyendiri'.

Sebelum dibangun jalan baru yang menghubungkan Kota Makkah dan Madinah oleh  pemerintah Kerajaan Saudi, Jabal Uhud selalu dilewati oleh jamaah yang hendak menuju Madinah maupun yang menuju Makkah. Letaknya memang di pinggir jalan raya menuju kedua kota itu.

Namun, sejak tahun 1984, perjalanan jamaah haji dari Makkah ke Madinah atau dari  Madinah ke Jeddah, tidak lagi melalui jalan lama tersebut. Melainkan melalui jalan baru yang tidak melewati pinggir jabal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement