REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam Kitab Al Musaqat, terdapat suatu kisah yang penuh hikmah dari seorang pedagang. Cerita itu berdasarkan hadis Nabi SAW, sebagaimana diriwayatkan Imam Muslim.
Rasulullah SAW bersabda, "Ada seorang di antara umat-umat sebelum kalian. Ketika itu, Malaikat Maut datang kepadanya untuk mencabut nyawanya.
'Apakah engkau pernah melakukan suatu kebajikan?' tanya Malaikat Maut.
'Aku tidak tahu,' jawab si lelaki itu.
'Lihatlah!' ujar malaikat tersebut.
Lalu pria itu berkata, 'Aku memang tidak pernah melakukan kebaikan apa pun. Namun, jika aku bertransaksi dengan orang-orang, aku memaafkan mereka. Aku memberikan waktu kepada orang yang memiliki kelapangan untuk membayar utang. Aku memaafkan orang yang kesulitan (dalam membayar utang).'
Allah kemudian memasukkan orang itu ke dalam surga."
Pedagang dalam kisah yang dituturkan Nabi Muhammad SAW itu merasa dirinya tak cukup memiliki bekal kebajikan selama hidup di dunia. Karena itu, ia ketakutan terhadap siksaan neraka yang bisa saja ditimpakan kepadanya.
Namun, ia teringat akan kebiasaannya dalam memudahkan urusan orang-orang. Terkait orang-orang yang berutang kepadanya dan telah jatuh tempo pula, ia memerintahkan agar mereka diberikan kelapangan waktu. Ia tidak memaksa orang-orang untuk membayar utang segera di tengah situasi sulit yang sedang melanda mereka.
Selain itu, ia juga memaafkan orang yang kesulitan untuk membayar utang. Ia memerintahkan hal itu kepada para pegawainya sembari berkata, “Mudah-mudahan Allah memaafkan kita.”
Ternyata, tindakannya ini berbuah fadhilah di alam barzakh. Allah SWT memaafkan dan mengampuninya.
Kisah ini selaras dengan pesan Rasulullah Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam. Beliau suatu ketika mendoakan orang yang memiliki sifat-sifat mulia. "Semoga Allah merahmati seorang hamba yang ramah ketika menjual, ramah ketika membeli, ramah ketika memberi utang, dan ramah ketika menagih utang.”