REPUBLIKA.CO.ID, Kekhusyukan dalam menjalankan ibadah sholat bisa digapai lewat bacaan Alquran yang tartil. Ayat-ayat Alquran yang kaya akan untaian kisah dan hikmah pun mampu membawa sholat kita ke dalam kekhu syukan. Firman Allah SWT yakni QS al- Mu'minun ayat 1-2 menjelaskan tentang salah satu kriteria orang mukmin beruntung. "Sesungguh nya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang yang khusyuk dalam shalatnya."
Demikian dengan hadis yang bersumber dari Abu Dzar RA. Ra sulullah SAW brsabda: "Senantiasa Allah 'Azza wa Jalla menghadap hamba-Nya di dalam shalatnya, selama dia (hamba) tidak berpaling. Apabila dia memalingkan wajahnya, maka Allah pun berpaling darinya." (HR Ah mad, Abu Dawud, dan al Nasaa'i).
Untuk menggapai itu, banyak Muslim yang membuka dan membaca mushaf ketika menjalankan shalat. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun menetapkan fatwa ber nomor 49/2019 tentang hukum melihat mushaf saat sholat.
Berbagai hadis sahih yang dikutip MUI mengungkapkan, Rasulullah SAW dan para sahabat memilih ayat-ayat panjang dalam shalat Subuh. Pada hadis lainnya, Rasulullah bahkan memilih surah al-Baqarah dalam shalatnya. Sampai-sampai, sahabat Hudzaifah yang ikut menjadi makmum menerka dalam shalatnya kapan ayat-ayat itu akan berakhir.
Diriwayatkan bahwa Hudzai fah berkata, "Aku pernah shalat ber sama Nabi SAW pada suatu malam. Beliau mengawali bacaan dengan surah al-Baqarah. Aku ber kata (dalam hati], '(Mungkin) beliau akan rukuk pada ayat ke- 100. Ternyata beliau masih meneruskan bacaan. Aku berkata (da lam hati], '(Mungkin] beliau akan rukuk pada ayat ke-200.' Ternyata beliau masih meneruskan ba ca an. Aku kembali berkata (da lam hati], '(Mungkin] beliau akan membaca surah al-Baqarah dalam satu rakaat.' Ternyata beliau melanjutkan dengan mem baca surah an-Nisa, lalu surah Ali 'Imran. Beliau membaca dengan tartil. Ketika melewati ayat ten tang tasbih, beliau bertasbih; ke tika melewati ayat tentang doa, beliau berdoa; ketika melewati ayat tentang meminta perlindungan, beliau meminta perlindungan." (HR al-Nasa'i).
Di dalam fatwanya, MUI meng ungkapkan, Sayidatuna Aisyah RA dan pelayannya per nah mem baca mushaf ketika sha lat. "Dari Aisyah istri Rasu lullah SAW bah wa ghulamnya menjadi imam sha lat atas dirinya sambil memegang mu s haf." (HR al-Bai haqi dan Ibnu Abi Syai bah). Da lam hadis lainnya yang ber sum ber dari Ibnu at-Toimi dari ayah nya juga menjelaskan bah wa Ai syah Radhiyalla huanha mem baca mushaf dalam keadaan sha lat (HR Abdurrazzaq). Mengutip pendapat ulama, MUI mengambil pendapat dari Imam Syafi'i, Imam Ma lik, hingga Imam Ahmad.
Imam Nawawi
Membaca Alquran dengan melihat mushaf tidak membatalkan shalat meskipun dia tidak hafal Alquran, bahkan itu wajib dilakukan bila tidak hafal surat al-Fatihah meskipun dengan membalikkan halaman, maka tidak batal shalatnya. Andaikan seseorang melihat tulisan selain mushaf dan diulang-ulang dalam hati tidak batal shalatnya, akan tetapi menjadi makruh bila berlangsung lama (pendapat Imam Syafi'i dalam kitab al-Majmu')
Imam Malik
Tidak masalah bila seorang imam membaca surat dengan meilhat mushaf di qiyam Ramadhan dan shalat sunah lainnya. Ibnu Qasim menyatakan makruh bila dilakukan di shalat fardhu. Ibnu Wahab berkata bahwa Ibnu Syihab berkata: "Ulama-ulama terbaik kita membaca surat dengan melihat mushaf saat qiyam Ramadhan dengan berdalil bahwa itu dilakukan oleh budaknya Aisyah. Imam Malik dan al Laits pun berpendapat demikian (al- Mudawanah jilid 1).
Ibnu Qadamah
Tidak ada masalah seorang imam yang membaca surat dengan melihat mushaf. Saat beliau ditanya apakah sama hukumnya bila dilakukan saat shalat fardlu, beliau menjawab: saya tidak mendengar riwayat tentang itu. Qadli Abu Ya'la berpendapat: itu makruh saat shalat fardhu dan boleh saat shalat sunnah dan makruh pula bila dilakukan oleh seorang yang hafal Alqur'an. Imam Ahmad pernah ditanya tentang imam yang membaca surah sambil melihat mushaf di shalat qiyam ramadhan? Beliau menjawab: tidak masalah jika terpaksa. (Pendapat Imam Ahmad dalam Al Mughni Jilid 1).
Atas pertimbangan tersebut, MUI pun menetapkan jika melihat mushaf Alquran ketika shalat tidak membatalkan shalat. MUI berpendapat, boleh membaca Alquran dengan melihat mushaf selama tidak mengganggu kekhusyukan dan tak melakukan gerakan yang membatalkan shalat. Untuk menjaga kekhusyu'an shalat maka imam shalat diutamakan membaca ayat al-Quran bil ghaib (dengan hafalan, tanpa melihat mushaf).
MUI juga memberi rekomendasi jika orang yang akan menjadi imam shalat harus memahami ketentuan fikih shalat, menjaga kekhusyu'an, dan memperhatikan kondisi makmum. Bagi seorang imam shalat fardhu untuk tidak memanjangkan bacaan ayat Alqur'an, terlebih jika kondisi makmum beragam. Bagi pengurus takmir masjid untuk memilih imam rawatib dengan pemahaman keagamaan yang baik, hafalan yang baik dan bacaan yang mujawwad.