REPUBLIKA.CO.ID, Semua amalan ringan harus dibarengi dengan niat yang lurus dan keikhlasan yang sempurna. Mengapa? Sebab, penyakit syirik ashgar atau riya dapat menjangkit pada siapa saja, bahkan seorang yang alim sekalipun.
Rasulullah SAW berkata, "Sesuatu yang aku khawatirkan menimpa kalian adalah perbuatan syirik asghar." Ketika Rasulullah SAW ditanya tentang maksudnya, beliau SAW menjawab, "Contohnya adalah riya".
Karena itu, menurut Ibnul Qayyim, setiap kali engkau merasa perbuatan baikmu adalah sesuatu yang kecil saja, niscaya ia menjadi besar di sisi Allah; dan setiap kali engkau merasa telah berbuat baik yang besar, niscaya ia menjadi sedikit dan kecil di sisi Allah SWT. Maka, amalan-amalan yang kita kira kecil atau sepele, sesungguhnya besar nilainya di sisi Allah SWT, bahkan sekadar berkata "baik" sekalipun.
Ketika kita ditanya, "Apa kabar?" Jawaban kita biasanya, "Baik." Tapi, tahukah Anda dari mana asal kata "baik" itu? Ia berasal dari bahasa Arab, "labbaik" لَبَّيْكَ
Seperti saat kita menunaikan ibadah haji, " لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ
Labbaik allahuma labbaik...." Jadi, kata "baik" atau "labbaik" adalah respons atas suatu panggilan atau pertanyaan tentang hal kita.
Lebih jauh, ucapan itu adalah sunah Rasulullah SAW. Aisyah meriwayatkan, "Tidaklah aku dapati seseorang yang akhlaknya lebih bagus dari Rasulullah SAW. Apabila dipanggil oleh sahabat atau keluarganya, dia selalu menjawab (labaik)."
Atas perilaku Rasulullah SAW yang mulia itu, Allah SWT memujinya dan menurunkan firman-Nya, "Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang luhur." (QS al-Qolam: 4).
Demikianlah, kata Ibnul Qayyim, boleh jadi saat kau tertidur lelap pintu-pintu langit tengah diketuk puluhan doa dari orang miskin yang telah kau tolong, dari orang lapar yang telah kau beri makan, dari yang bersedih dan telah kau hibur, dari orang yang berjumpa denganmu dan kau berikan senyuman, dari orang yang galau dan berbagi denganmu, karena itu jangan pernah meremehkan amalan-amalan kebaikan sekecil apa pun.
Menurut Ibnul Qayyim, manusia paling cerdas adalah dia yang berbuat baik, namun selalu dibarengi rasa takut pada Allah dan manusia paling bodoh adalah dia yang berbuat maksiat dan tenang-tenang saja tanpa merasa takut sedikit pun.
Maka, Rasulullah SAW mengajarkan sebuah doa untuk melindungi diri dari syirik ashgar atau riya. Rasulullah SAW bersabda, "Wahai sekalian manusia, jauhilah dosa syirik, karena syirik itu lebih samar daripada rayapan seekor semut."
Seorang sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, bagaimana kami dapat menjauhi dosa syirik, sementara ia lebih samar daripada rayapan seekor semut?"
Rasulullah SAW menjawab, "Ucapkanlah:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لاَ أَعْلَمُ
Allahumma inni a'u dzubika an usyrika bika wa ana a'lam wa astaghfiruka lima laa a'lam" (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik yang aku sadari. Dan, aku memohon ampun kepada-Mu atas dosa-dosa yang tidak aku ketahui).