Selasa 21 Apr 2020 16:00 WIB

Tujuh Cara Turunnya Wahyu

Wahyu turun dalam sejumlah cara.

Seorang pengunjung Gunung Jabal Nur melaksanakan shalat di ketinggian gunung tempat Nabi Muhammad menerima wahyu pertamanya.
Foto: Mast Irham/EPA
Seorang pengunjung Gunung Jabal Nur melaksanakan shalat di ketinggian gunung tempat Nabi Muhammad menerima wahyu pertamanya.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Dalam bukunya berjudul Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad yang ditulis Syekh Shaffiyyurahman al Mubarakfuri, disebutkan sejumlah cara turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad. Untuk cara-caranya ini, Syekh Shaffiyyurahman mengutip penjelasan dari Ibnu Qayyim.

Berikut ini adalah beberapa caranya:

Baca Juga

Pertama, Berupa ar-ru'ya ash-shadiqah (mimpi yang benar) dan ini merupakan permulaan turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad.

Kedua, berupa sesuatu yang dibisikkan oleh malaikat terhadap jiwa dan hati Nabi tanpa beliau lihat. Hal ini sebagaimana disabdakan Nabi:

"Sesungguhnya Ruhul Quds (Malaikat Jibril) menghembuskan (membisikkan) ke dalam hatiku, bahwasanya jiwa tidak akan mati hingga disempurnakan rizky baginya. Oleh karena itu, bertakwalah kalian kepada Allah, berindah-indahlah dalam meminta serta janganlah keterlambatan rizki atas kalian, mendorong kalian untuk memintanya dengan cara melakukan perbuatan maksiat terhadapNya, karena sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah tidak akan didapat kecuali dengan melakukan ketaatan kepadaNya."

Ketiga, berupa malaikat yang berwujud laki-laki, lantas mengajak beliau berbicara hingga beliau memahaminya dengan baik apa yang dikatakan kepadanya. Dalam hal ini, terkadang para sahabat dapat melihat malaikat tersebut.

Keempat, berupa bunyi gemericing lonceng yang datang kepada beliau, diikuti malaikat (yang menyampaikan wahyu) secara samar. Cara ini merupakan cara yang paling berat, sampai-sampai terjadi pada hari yang amat dingin. Demikian pula, mengakibatkan unta beliau duduk bersimpuh ke bumi bila beliau sedang menungganinya. Dan pernah juga suatu kali, wahyu datang dengan cara tersebut, saat itu paha beliau berada di atas paha Zaid bin Tsabit. Sehingga, Zaid merasakan beban demikian berat yang hampir saja membuatnya remuk.

Kelima, berupa malaikat dalam bentuk aslinya yang dilihat langsung oleh beliau. Lalu diwahyukan kepada belau beberapa wahyu yang dikehendaki Allah. Peristiwa seperti ini dialami oleh beliau sebanyak dua kali sebagaimana disebutkan oleh Allah dalam surat An-Najm.

Keenam, berupa wahyu yang diwahyukan Allah kepada beliau. Yaitu, saat beliau berada di atas langit pada malam mi'raj ketika mewajibkannya shalat dan lainnya.

Ketujuh, berupa kalamullah (ucapan Allah) kepada beliau tanpa perantaraan malaikat, sebagaimana Allah berbicara kepada Musa bin Imran. Peristiwa seperti ini juga dialami oleh Nabi Musa AS dan diabadikan secara qath'i berdasarkan nash Alquran. Sedangkan kepada Nabi Muhammad terjadi dalam hadits tentang peristiwa isra.

Menurut Syekh Shaffiyurrahman al Mubarakfuri, sebagian ulama menambah caranya menjadi delapan. Yaitu, Allah berbicara kepada Nabi secara langsung tanpa hijab. Tetapi, ini merupakan masalah yang diperdebatkan oleh ulama salaf dan khalaf. Namun menurut Syekh Shaffiyurrahman, pendapat yang terakhir ini tidak valid keabsahan riwayatnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement