REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Ibn Taimiyah dalam Kitab al-Iman mengutip perkataan Abu Hayyan At-Taimy. Ia berkata, "Orang-orang yang berilmu terdiri atas tiga golongan."
Pertama, orang yang mengetahui Allah, tetapi tidak mengenal perintah-Nya. Kedua, orang yang mengetahui perintah Allah, tetapi tidak mengenal Allah. Ketiga, orang yang mengetahui Allah dan juga mengetahui perintah-Nya."
Ibn Taimiyah menjelaskan, ada hubungan antara berilmu dan takut kepada Allah. Logikanya, seseorang yang semakin berilmu, maka rasa takutnya kepada Allah pun kian bertambah tebal.
Kata sang alim: "Ketakutan kepada Allah mengharuskan ilmu tentang Allah. Maka, ilmu tentang Allah juga mengharuskan ketakutan kepada-Nya. Dan, takut kepada Allah harus melahirkan ketaatan kepada-Nya. Orang-orang yang takut kepada Allah adalah orang-orang yang mengerjakan perintah-perintah-Nya serta menghindari segala bentuk larangan-Nya."
Contoh sederhananya, seseorang yang tidak memiliki ilmu tentang Allah cenderung merasa dirinya bebas berbuat apa saja. Ia bahkan dapat melakukan maksiat tanpa rasa menyesal. Seandainya ingin mencuri, niat buruknya itu terhenti--misalnya--lantaran melihat kamera CCTV, alih-alih mengingat Allah, Zat Yang Mahamelihat.
Adapun orang alim akan menimbang-nimbang terlebih dahulu perintah dan larangan Allah SWT. Ia menyadari, Allah SWT Maha Mengetahui apa yang tersirat maupun tersurat. Rasa takut dan harapnya kepada Allah pun akan meningkat.