Jumat 17 Apr 2020 20:39 WIB

Ketika Abu Bakar Ditegur Rasulullah

Abu Bakar ditegur Rasulullah SAW setelah menerima kesaksian dari Amr bin Sa'id

Abu Bakar Ash-Shiddiq, khalifah pertama Khulafur Rasyidin
Foto: NET
Abu Bakar Ash-Shiddiq, khalifah pertama Khulafur Rasyidin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suatu hari, Abu Bakar ash-Shiddiq sedang dalam perjalanan menuju Thaif. Rombongan sahabat Nabi SAW ini kemudian melalui sebuah kompleks permakaman.

Abu Bakar kemudian melihat sebuah kuburan. Ia pun bertanya kepada warga setempat, siapakah jasad penghuni makam itu.

Baca Juga

Orang-orang menjawab, itulah kuburannya Sa'id bin Ash.

Seketika, Abu Bakar mengucapkan, "semoga Allah melaknat penghuni kubur itu. Sebab, semasa hidupnya memerangi Allah dan Rasul-Nya."

Ucapan Abu Bakar ini didengar Amr bin Sa'id bin Ash--yakni putra sang mendiang. Ia tampak marah, tetapi hanya diam, tak mengucapkan sepatah kata pun.

Barulah ketika rombongan ini tiba kembali ke Madinah, Amr bin Sa'id mengadu kepada Rasulullah SAW.

"Wahai Rasulullah, sesungguhnya ayahku lebih baik daripada ayahnya," kata lelaki itu.

Yang dimaksudkannya, Abu Bakar memiliki seorang bapak, yakni Abu Quhafah. Menurut Amr, sepanjang hidupnya Abu Quhafah kurang dermawan bila dibandingkan dengan ayahnya sendiri, Sa'id bin Ash. Amr mengatakan, bapaknya itu lebih banyak menolong orang-orang miskin.

"Ia (Abu Bakar) menunjuk pada kuburan orang yang telah memberi makan banyak orang dan menolong banyak orang pula dibandingkan Abu Quhafah," tutur Amr lagi.

Rasulullah SAW menyuruh seseorang untuk memanggil Abu Bakar. Beliau hendak mengonfirmasi, benarkah Abu Bakar mengatakan sebagaimana yang disaksikan Amr.

Setelah benar duduk perkaranya demikian, maka Nabi Muhammad SAW lantas melerai keduanya.

Beliau meminta Amr untuk tidak meneruskan perselisihan. Di sisi lain, beliau pun menasihati Abu Bakar agar menghindari kata-kata yang secara khusus membicarakan orang kafir. Sebab, mungkin saja perkataan itu akan menyakiti perasaan anak keturunannya.

"Wahai Abu Bakar, bila engkau berbicara tentang orang kafir, buatlah kalimat yang masih umum (general). Bila engkau menyebut seseorang secara khusus, maka anak-anaknya tentu akan marah,” kata beliau.

Abu Bakar menyadari kekeliruannya dan meminta maaf. Sejak saat itu, kaum Muslimin tidak pernah lagi menjelek-jelekkan atau mencaci-maki orang kafir yang telah meninggal dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement