REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dikisahkan, sewaktu perang Tabuk, ketika Rasulullah SAW mengimbau untuk mengumpulkan bantuan, Abu Bakar Ash Shiddiq telah mengumpulkan semua harta benda yang ada di rumahnya. Kemudian, hartanya lalu diberikan kepada Rasulullah SAW.
Dan ketika Rasulullah SAW bertanya, “Wahai Abu Bakar, apa yang engkau tinggalkan di rumahmu?” Ia menjawab, “Allah SWT dan Rasul-Nya (yakni perbekalan yang berupa keridhaan-Nya dan Rasul-Nya) ada di rumah.
Dalam Kitab Fadhilah Amal yang ditulis oleh Maulana Zakariyya Al Khandahlawi, dijelaskan bahwa kisah itu menunjukkan bahwa sikap memuliakan, kasih sayang, dan membelanjakan harta di jalan Allah, merupakan bagian dari kehidupan para sahabat. Jika kita bisa meniru sedikit saja, kita tidak tahu apakah yang akan dikatakan orang-orang tentang diri kita.
Akan tetapi, kisah-kisah semacam itu bagi para sahabat merupakan perkara yang biasa, khususnya bagi Abu Bakar Shiddiq RA. "Adakah keterangan yang lebih jelas daripada yang difirmankan Allah swt. sendiri di dalam Al-Qur’an?" tanya Maulana Zakariyya.
“Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu. Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya. Padahal tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya. Tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya Yang Mahatinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.” (Q.S. Al-Lail: 17-21).
Menurut Maulana Zakariyya, Ibnu Jauzi Rah. berkata, “Para ulama sepakat bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Abu Bakar Shiddiq RA. Abu Hurairah RA meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda, “Harta seseorang tidak memberikan manfaat bagiku sebanyak harta Abu Bakar.”
Setelah mendengar sabda Rasulullah tersebut, Abu Bakar Shiddiq menangis dan berkata, “Wahai Rasulullah, apakah diri saya dan harta saya menjadi milik selain engkau?” Sabda Nabi SAW ini banyak diriwayatkan dari beberapa sahabat dalam beberapa riwayat.
Urwah RA berkata, “Ketika Abu Bakar masuk Islam, ia mempunyai uang sebanyak 40.000 dirham, semuanya dibelanjakan untuk Rasulullah SAW (yakni dalam keridhaan Rasululullah). Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa ketika ia masuk Islam, ia mempunyai uang sebanyak 40.000 dirham. Dan pada waktu hijrah, yang tersisa hanya 5000 dirham. Harta itu digunakan untuk memerdekakan hamba-hamba sahaya (yang disiksa karena masuk Islam) dan untuk keperluan agama.
Abdullah bin Zubair r.huma. berkata bahwa Abu Bakar Shiddiq selalu membeli hamba sahaya yang lemah lalu memerdekakannya. Ayahnya, Abu Quhafah RA berkata, “Jika kamu ingin memerdekakan hamba sahaya, merdekakanlah hamba sahaya yang kuat-kuat, karena dia akan bisa membantumu dan bisa berguna bagi kita. Abu Bakar Shiddiq menjawab, “(Saya tidak memerdekakan budak untuk diri saya), tetapi saya memerdekakannya untuk mencari keridhaan Allah.”
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tidak seorang pun yang telah berbuat baik kepadaku dan aku belum membalas kebaikannya. Tetapi kebaikan Abu Bakar RA menjadi tanggung jawabku (beliau tidak bisa membalasnya). Allah SWT sendirilah Yang akan membalas kebaikannya pada hari Kiamat. Harta seseorang tidak memberikan manfaat bagiku sebanyak manfaat yang di berikan oleh harta Abu Bakar RA.”