Sabtu 11 Apr 2020 16:16 WIB

Turki Utsmani Menginspirasi Sastra Jawa

Nama Utsmani juga ditemukan dalam Serat Paramoyoga karya Ranggawarsita

Peta wilayah Utsmaniyah.
Foto: wikipedia
Peta wilayah Utsmaniyah.

REPUBLIKA.CO.ID, Sastra Jawa disebut mengalami deindianisasi pada masa Mataram. Penulis Buku 'Sang Pangeran dan Janissary Terakhir' Ustaz Salim A Fillah bahkan mengungkapkan jika para pujangga Mataram Islam melakukan Ottomanisasi kepada sastra Jawa setelah Hindu-Buddha selama berabad-abad menjadi inspirasi Nusantara.

"Para pujangga itu mengislamisasi sastra Jawa dengan menjadikan Turki Utsmani sebagai patron utama peradaban," ujar dia kepada Republika, beberapa waktu lalu.

Saat masih menjadi putra mahkota, Sultan Hamengkubuwana II dari Yogyakarta menulis Serat Yusuf. Serat tersebut mengisahkan pengucilan seorang pangeran oleh para saudaranya. Pangeran itu terdampar di Utsmani dan belajar pada rajanya. Dia dibantu untuk kembali ke Jawa, lalu bertakhta.

Nama Utsmani juga ditemukan dalam Serat Paramoyoga karya Ranggawarsita. Serat tersebut menceritakan tentang peran Sultan Al Gabah dari Utsmani mendakwahi Jawa. Versi lainnya tentang kehadiran Turki Utsmani di Jawa bisa ditemukan dalam kitab Djangka Djajabaja "Musarar".

Pada Pupuh I Tembang Asmaradana bait 4-5, ditemukan nama Rum (Turki). Berikut kutipannya yang diambil dari buku Jejak Kekhalifahan Turki Utsmani di Nusantara karya Deden A Herdiansyah.

Maksihe bapa Anenggih Langkung suka ingkang rama Sang Prabu Djajabahe Duk samana tjinarita Pan arsa katamijan Raja Pandita saking Rum Nama Sultan Maolana Ngali Samsudjen

Bait tersebut bermakna:

Prabu Jayabaya memiliki seorang guru yang berasal dari Rum.Namanya Sultan Maolana Ngali Samsudjen (Maulana Ali Samsudin). Di antara kisah di dalamnya disebutkan jika sang guru berkata kepada Prabu Jayabaya jika Dewa Wisnu yang ada dalam dirinya hanya tinggal tiga kali menitis di tanah Jawa. Setelah itu, tanah Jawa akan dikuasai oleh umat Islam.

Pada kisah lainnya, yakni pembukaan Pulau Jawa oleh orang-orang Turki Utsmani. Kisahnya mirip dengan Aji Saka dan terdapat dalam Serat Jayabaya Syekh Subakir. Tokoh utama dalam kitab ini bukanlah Ajisaka, melainkan Syekh Subakir.

Dikisahkan jika Sultan Ngerum (Turki) berkeinginan untuk mengisi Pulau Jawa yang saat itu tidak berpenghuni. Namun, ekspedisi pertama yang dikirimkannya mengalami kegagalan karena diserang oleh bangsa setan yang menghuni Pulau Jawa. Sang Sultan pun mengutus Syekh Subakir untuk mengatasi gangguan dari makhluk gaib tersebut. Akhirnya, Syekh Subakir berhasil mengalahkan bangsa setan itu. Pulau Jawa pun saat itu mulai dapat ditinggali bangsa manusia. n

 

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement