Jumat 10 Apr 2020 20:21 WIB

Tangan di Atas Lebih Baik daripada Tangan di Bawah

Hadis tentang keutamaan tangan di atas mengandung motivasi untuk selalu maju.

Ilustrasi Tangan di Atas Lebih Baik daripada Tangan di Bawah
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Ilustrasi Tangan di Atas Lebih Baik daripada Tangan di Bawah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW bersabda, sebagaimana diriwayatkan Hakim bin Hizam radhiyallahuanhu. "Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Dan mulailah dari orang yang menjadi tanggunganmu. Dan sebaik-sebaik sedekah adalah yang dikeluarkan dari orang yang tidak membutuhkannya. Barangsiapa menjaga kehormatan dirinya, maka Allah akan menjaganya. Barangsiapa yang merasa cukup, maka Allah akan memberikan kecukupan kepadanya."

Hadis di atas mengajarkan prinsip yang ideal bagi setiap Muslim, yakni hidup berkecukupan dan gemar bersedekah. Agama Islam mengajarkan sikap moderat, yakni agar umatnya tidak terlunta-lunta dalam kemiskinan dan tidak pula menumpuk-numpuk harta sehingga menjadi kikir.

Baca Juga

Prinsip ini juga membuat seorang Muslim yang memiliki harta mencapai nisab harus mengeluarkan zakat sebesar 2,5 persen. Di dalam Alquran, kewajiban untuk berzakat kerap disandingkan dengan shalat.

Rasul SAW pun pernah mengutarakan tentang keutamaan orang salih yang kaya dan dermawan.

Lewat hadis yang diriwayatkan Abdullah bin Mas'ud, Rasulullah SAW bersabda, "Tidak boleh iri kecuali terhadap dua orang, yaitu orang yang Allah anugerahkan padanya harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan, dan orang yang Allah beri karunia ilmu (Alquran dan Sunnah), lalu ia menunaikan dan mengajarkannya" (HR Bukhari dan Muslim).

Jalan yang dipilih untuk menjadi sukses antara lain dengan berbisnis. Rasulullah SAW sendiri adalah seorang pedagang yang berhasil. Dari 10 sahabat beliau yang dijamin masuk surga, sembilan di antaranya merupakan pengusaha sukses.

Salah seorang di antara mereka itu adalah Abdurrahman bin Auf. Setelah hijrah dari Makkah ke Madinah, ia sempat jatuh miskin. Sebab, ia lebih suka meninggalkan harta kekayaannya untuk bisa mengikuti Nabi SAW ke Madinah.

Bagaimanapun, di Madinah ia mulai bangkit berkat kegigihannya berniaga. Mulanya, Rasul SAW mempersaudarakan Abdurrahman dengan Sa'ad ibnu ar-Rabi' al-Autsari, sosok kaya raya di Madinah.

Saad berkata, "Hartaku separuhnya untukmu (Abdurrahman) dan aku akan berusaha menikahkan kamu (dengan perempuan ansar)."

Mendengar itu, Abdurrahman menjawab, "Semoga Allah memberkahi keluargamu dan hartamu. Tunjukkan saja, di mana tempat pasar perdagangan?"

Selama di Madinah, Abdurrahman merintis perniagaan keju dan minyak samin. Tanpa waktu lama, usaha Abdurrahman maju pesat. Labanya kian meningkat. Oleh Rasulullah SAW, apa yang dilakukan Abdurrahman dijadikan contoh bagaimana seorang Muslim bangkit.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement