REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi umat Muslim yang beriman, menjalani hidup dengan baik, dan mendapatkan kematian dengan syahid merupakan cita-cita mulia. Karena sesungguhnya, orang yang mati syahid telah dijamin Allah dengan surga dan mereka bukanlah orang yang mati dengan sia-sia.
Allah SWT berfirman dalam Alquran Surah Al-Baqarah ayat 154 berbunyi: "Wa la taqulu liman yuqtalu fi sabilillahi amwatun. Bal ahya-un walakin la tasy’urun." Yang artinya: “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah (bahwa mereka itu) mati, karena (sebenarnya) mereka itu hidup tetapi engkau tidak menyadarinya.”
Dalam kitab Ma’rifah As-Shahabah karya Ibnu Mandah diriwayatkan darii jalur As-Suddi kecil, dari Kalbi, dari Abu Salih, dan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Tamim bin Al-Humam terbunuh ketika Perang Badar, maka padanya dan selainnya turunlah firman Allah (Surah Al-Baqarah ayat 159).”
Sedangkan dalam kitab Asbabun Nuzul karya Imam As-Suyuthi dijelaskan Abu Nuai’m berpendapat yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah Umar bin Al-Humam. Dan As-Suddi, dalam hal periwayatan lafalnya menurut beliau, keliru.
Orang yang mati syahid dalam ajaran Islam ialah mereka yang mati saat menjalankan tugas kebaikan. Dalam konteks saat ini, para ulama di Indonesia setidaknya telah berpendapat para petugas medis yang berada di garda terdepan penanggulangan pasien virus corona jenis baru (Covid-19) dan meninggal dunia dikategorikan mati syahid.
Untuk itu, sudah semestinya kebaikan serta jasa-jasa mereka menjadi hal yang perlu kita jaga. Semangat mereka para syuhada kesehatan tidaklah mati, begitu pun jiwa mereka di sisi Allah SWT. Wallahu a’lam.