Jumat 03 Apr 2020 14:41 WIB

Abu Thalhah, Keislamannya Sebagai Mahar

Sahabat Nabi masuk Islam lewat berbagai cara.

Abu Thalhah, Keislamannya Sebagai Mahar.
Foto:

Ia ditetapkan sebagai salah satu pimpinan yang ditetapkan Rasulullah ketika tiba di Madinah. Ia pun termasuk salah seorang pahlawan Islam yang senantiasa berjuang mendampingi rasul di berbagai medan perang. Namun di antara semua kelebihannya, hanya satu yang berkesan di hatinya yaitu sewaktu terlibat di Perang Uhud.

Kecintaanya terhadap Rasulullah tidak dapat dibandingkan dengan kecintaan terhadap yang lainya. Abu Thalhah tidak pernah merasa puas memandang wajah junjungannya, dan tidak pernah kenyang mendengarkan nasihat beliau.

Setiap bertemu Rasulullah, ia selalu menyatakan bahwa jiwanya menjadi tebusan bagi Rasul dan wajahnya juga akan menjadi pelindung wajah Rasul. Ucapannya itu, ia buktikan dalam Perang Uhud. Seperti yang tertulis dalam sejarah, perang itu menjadi pukulan tersendiri bagi umat Islam.

Kala itu, Rasulullah Muhammad mendapatkan luka yang cukup parah, beliau terkena panah musuh hingga gigi gerahamnya tanggal dan kulit di dahinya terkoyak. Hal ini membuat pasukan kafir mengira bahwa Muhammad telah terbunuh sehingga membuat semangat tempur pasukan Islam kendur dan meninggalkan medan pertempuran.

Lain dengan Abu Thalhah, ia tetap bersama Muhammad. Dengan segenap hati ia melindungi sahabatnya itu menggunakan tameng miliknya. Ia gunakan panah untuk melindungi diri dan sahabatnya itu. Pada saat Nabi berusaha melihat keadaan pasukannya yang tercerai berai dan tak terlindungi tameng, Abu Thalhah pun berseru kepada Nabi.

''Wahai Nabiyullah, demi bapak dan ibuku, jangan engkau lakukan itu. Saya tidak ingin engkau menjadi sasaran anak panah musuh, biar leher saya saja yang terkena, asal jangan leher engkau,''

Selain pemberani, Abu Thalhah dikenal sebagai sahabat yang paling banyak hartanya di kalangan penduduk Madinah. Ia memiliki kebun kurma dan anggur yang sangat subur. Seringkali ia pun membelanjakan hartanya untuk kepentingan umat Islam.

Hartanya yang paling dia senangi adalah taman Bairuha' yang letaknya menghadap ke masjid. Suatu saat ia pun membagikan harta kesayangannya itu kepada kaum kerabatnya, atas saran Nabi.

Dikisahkan Abu Thalhah dikaruniai umur yang panjang. Namun kerentaannya, tak membuat ia berhenti berjuang di jalan Allah. Misalnya, pada masa kekhalifahan Ustman bin Affan, ia bersikeras untuk bergabung dengan pasukan Islam dalam melakukan penyerangan melalui laut.

Meski sebenarnya, anak-anaknya melarangnya untuk bergabung dalam pasukan tersebut karena kerentaannya itu. Dan mereka menyatakan bahwa kedudukannya bisa digantikan oleh anak-anaknya yang gagah perkasa. Namun ia tetap dalam pendiriannya, hingga ia diizinkan bergabung dalam pasukan tersebut.

Namun, Allah berkehendak lain. Keinginannya untuk syahid dalam pertempuran tak tercapai. Dalam perjalanan, ia terserang penyakit hingga Allah SWT memanggilnya. Ia menutup lembaran hidupnya pada usia 75 tahun. 

sumber : Arsip Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement