REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Umat Islam terpaksa mengosongkan masjid di saat wabah virus corona jenis baru (Covid-19) merebak. Namun semangat hidup berjamaah dalam kebaikan, meski tak nampak secara fisik sejatinya muncul bergelora dari tiap-tiap rumah umat Muslim.
Salah satu anggota Komunitas Bertahajud, Kiki Nurzakiyah mengatakan, wabah Covid-19 memang mau tidak mau membuatnya untuk sementara waktu tidak dapat melaksanakan aktivitas keagamaan dan sholat tahajud berjamaah bersama komunitasnya. Didirikan sejak setahun lalu, menurut dia komunitas itu memang kerap menggelar kajian keagamaan sekaligus menggelar shalat tahajud bersama-sama.
“Biasanya tahajud itu paling sering pas Ramadhan. Biasanya sambil iktikaf, kami tahajud bareng di masjid bareng anggota komunitas,” kata Kiki saat dihubungi Republika, beberapa waktu lalu.
Namun mengingat kondisi seperti saat ini yang tak memungkinkan untuk menggelar aktivitas keagamaan secara masal, maka aktivitas komunitasnya pun dialihkan hanya berupa diskusi via grup WhatsApp. Dia juga menceritakan bahwa semenjak pemerintah menerapkan social distancing, tak sedikit anggota yang ada di komunitas tersebut menggelar ngaji bersama secara online.
Bentuknya dibagi dalam beberapa grup. Dia menyebut, para anggota yang dapat mengakses video conference melalui platform yang mendukung maka dipersilakan untuk bergabung dalam mengaji berjamaah secara online.
“Paling simple itu waktu Jumat akhir pekan lalu, itu kita baca Yasin sama-sama lewat video conference,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, meski belum terlalu banyak aktivitas kegaamaan yang digelar oleh komunitas tersebut, namun di saat wabah Covid-19 ini rasa solidaritas untuk saling mengingatkan dalam beribadah cukup tinggi. Kiki menceritakan bagaimana suasana komunikasi di dalam grup untuk saling menguatkan dan mendoakan, terutama bagi para petugas medis yang sedang melaksanakan tugas di garda terdepan.
Tak lupa, dia juga kerap diingatkan oleh sejumlah anggota grup untuk terus berupaya mendirikan sholat tahajud. “Biasanya itu, pukul 01.00 WIB selalu ada notif (pemberitahuan) dari salah satu admin grup. Semacam membangunkan para anggota untuk, yuk bangun tahajud. Alhamdulillah, biarpun di rumah, tapi mudah-mudahan sempat mendirikan tahajud,” ungkapnya.
Para ulama di Indonesia juga dengan cepat merespons kondisi yang terjadi akibat merebaknya Covid-19. Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir menngeluarkan fatwa yang disepakati oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah mengenai Tuntunan Ibadah dalam Kondisi Darurat Covid-19.
Dalam pernyataannya, Muhammadiyah memerintahkan umat Islam agar melaksanakan tuntunan ibadah di rumah masing-masing sebab kasus Covid-19 merupakan kendala global. Untuk itu beribadah di rumah merupakan salah satu cara untuk menghindari penularan yang lebih masif.
Usaha aktif mencegah penularan Covid-19 merupakan bentuk ibadah yang bernilai jihad. Dan sebaliknya, jika tindakan sengaja yang membawa resiko penularan maka hal itu dinilai sebagai tindakan buruk dan zalim.
Untuk itu sebagai umat Muslim, kata Haedar, meski akses beribadah secara berjamaah di masjid telah dikosongkan namun kewajiban mendirikan shalat lima waktu di rumah pun harus dilaksanakan dalam keadaan apapun.
Salah satu Ahli Kedokteran bidang sel, Basuki mengatakan, kesehatan tubuh dapat dijaga melalui solidnya sistem imun yang ada di dalam tubuh manusia. Dia menjabarkan bahwa dalam tubuh manusia terdapat dua kategori sistem imun. Pertama imun yang terbawa dari lahir yang mempengaruhi kulit, lapisan kulit, usus, dan lainnya. Kedua, imun yang dibentuk yang bersifat spesifik dan tidak umum.
Dalam kategori kedua, sistem imun ini biasanya dapat membentuk antibodi terhadap virus-virus baru ataupun bakteri yang menyerang ke tubuh. Dalam kondisi seperti sekarang, dia mencontohkan, virus yang tengah marah menyerbu adalah virus Covid-19.
Namun di balik itu semua, kata dia, siapa sangka jika sistem imun tubuh nyatanya dapat ditingkatkan dengan mendirikan shalat? Basuki menjabarkan bagaimana dalam gerakan shalat, sel-sel di dalam tubuh turut serta merespons gerakan dan juga komunikasi yang terpancar dari hati dan otak manusia kepada Allah SWT.
“Shalat itu kan komunikasi kepada Allah. Begitu kita ucapkan Allahu Akbar, kita sadar bahwa kita kecil, begitu pun masalah kita. Sehingga yang terbangun adalah aura positif, maka secara otomatis sel-sel tubuh kita ikut merespons dan kemudian menguatkan imun tubuh kita,” ungkapnya.