Rabu 01 Apr 2020 23:50 WIB

Pengakuan Abu Sufyan tentang Kejujuran Nabi Muhammad SAW

Abu Sufyan mengakui kejujuran Nabi Muhammad SAW.

Abu Sufyan mengakui kejujuran Nabi Muhammad SAW. Muhammad (Kaligrafi)
Foto: Wikipedia
Abu Sufyan mengakui kejujuran Nabi Muhammad SAW. Muhammad (Kaligrafi)

REPUBLIKA.CO.ID, Pada tahun keenam Hijriyah, Abu Sufyan berniaga ke Syam. Di sana ia mendapat undangan khusus dari Kaisar Heraclius untuk berdiskusi seputar sifat Muhammad SAW serta ajaran yang didakwahkannya.

Abu Sufyan yang saat itu belum memeluk Islam serta masih memusuhi Islam dan kaum Muslimin, dengan tegas menjelaskan sifat dan akhlak mulia Rasulullah SAW. Muhammad SAW adalah sosok manusia yang jujur tanpa pernah sekalipun berdusta.

Baca Juga

Muhammad SAW mengajak manusia untuk mengesakan Tuhan dan berbudi pekerti luhur. ''Demi Allah, jika bukan karena aku khawatir orang-orang akan menjuluki diriku sebagai seorang pendusta, niscaya aku akan berdusta tentang Muhammad.'' (HR Al-Bukhari).

Rasulullah SAW memang terkenal sebagai orang yang jujur dan berakhlak mulia. Semenjak kecil beliau sudah menyandang julukan al-Amin yang artinya tepercaya. Abu Jahal yang selama hidupnya memusuhi Islam dan kaum Muslimin yang bahkan sempat mau membunuh Rasulullah SAW pernah mengatakan, ''Kami tidak mendustakanmu, wahai Muhammad (karena kami tahu bahwa engkau adalah orang yang jujur). Kami hanya mendustakan agama yang engkau dakwahkan.''

Allah SWT berfirman, ''Sungguh Kami mengetahui bahwa apa yang mereka katakan itu membuatmu sedih. (Namun ketahuilah) Sesungguhnya mereka tidak mendustakanmu, akan tetapi orang-orang zalim itu mendustakan ayat-ayat Allah.'' (QS Al-An'am [6]: 33).

Suatu hari seorang sahabat bertanya pada Rasulullah SAW. ''Apakah seorang Mukmin akan berdusta?'' Dengan tegas Rasulullah SAW menyatakan tidak. Kemudian beliau membaca ayat 105 Surat An-Nahl (16). ''Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kedustaan adalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah. Dan mereka itu adalah orang-orang pendusta.''

Dapat disimpulkan bahwa orang yang beriman, meyakini eksistensi Allah SWT dan pengetahuan-Nya atas semua amal perbuatan manusia. Seseorang yang berdusta menganggap bahwa Allah SWT tidak ada, atau Allah SWT ada tetapi tidak mengetahui kedustaan yang dilakukannya.

Sebab, salah satu tanda kemunafikan adalah kedustaan. ''Dia adalah munafik walaupun dia melakukan sholat dan berpuasa, serta menyangka bahwa dirinya beriman.'' (HR Muslim).

 

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement