REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Syarif Hade Masyah
JAKARTA -- Menegur orang yang melakukan kesalahan merupakan tindakan yang amat diperintahkan oleh Islam. Untuk menjalankannya perlu strategi yang tepat agar teguran itu bisa berbuah perubahan baik bagi orang yang ditegur. Allah SWT berfirman, "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik." (QS An Nahl (16): 125).
Kegagalan menegur sering kali terjadi tidak disebabkan oleh substansi teguran, tetapi justru lebih banyak disebabkan kesalahan strategi. Perlu tahapan dan pembagian peran supaya teguran berhasil guna.
Yang bukan bagiannya jangan dilakukan. Rasulullah SAW bersabda, "Siapa saja di antara kalian yang melihat kemungkaran, maka tegurlah dengan tangannya (kekuasaannya). Jika tidak mampu, maka tegurlah dengan lisannya. Jika tidak mampu juga, maka tegurlah dengan hati. Namun, ini adalah keimanan terlemah." Salah strategi dalam menegur hanya akan mengakibatkan kebencian yang mendalam.
Ada tiga kunci sukses dalam menegur. Pertama, tidak merendahkan ego orang yang ditegur. Karena, secara psikologis, bila ego seseorang direndahkan, dia justru membuat pertahanan diri untuk menyelamatkan egonya dari gangguan pihak luar.
Kedua, cari waktu yang tepat. Salah waktu juga membuat teguran dipahami sebaliknya. Niat untuk meluruskan kesalahan pun tidak akan tercapai.
Ketiga, pahami posisi sosial orang yang ditegur. Jangan sampai teguran dianggap sebagai ancaman bagi posisi orang yang kita tegur.
Al Hasan dan Al Husein mencontohkan etika menegur yang baik. Dua cucu Nabi Muhammad SAW ini mendapati seseorang tidak berwudhu dengan baik. Keduanya lalu menghampiri orang itu.
"Pak, saudaraku ini mengaku wudhunya lebih baik daripada wudhuku, padahal aku merasa wudhuku sudah seperti yang dilakukan Rasulullah SAW. Sekarang, tolong beri penilaian mana yang paling baik, wudhuku atau wudhunya?" kata Al Hasan. Keduanya lalu sama-sama berwudhu seperti wudhu yang biasa dilakukan Nabi SAW.
Selesai berwudhu, keduanya menanyakan ihwal wudhunya kepada lelaki itu. Merasa salah dalam berwudhu, lelaki itu pun berkata, "Demi Allah, saya sudah tidak berwudhu seperti yang dilakukan Anda berdua."
Islam bahkan tidak hanya mengajarkan etika menegur umat seagama. Islam juga mengajarkan bagaimana cara menegur yang benar kepada umat dari agama lain, sekeji apa pun kesalahannya. Alquran sebagai pedoman utama umat Islam memberi petunjuk tentang perintah Allah SAW kepada Nabi Musa dan Nabi Harun untuk berkata lembut kepada Firaun. Allah SWT berfirman, "Berbicaralah kalian berdua kepadanya (Firaun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut." (QS Thaha (20): 44).
Ketika menegur orang yang berbuat salah, tentu kita berharap orang yang kita tegur mau mengubah sikapnya sesuai saran kita. Namun, kita sering mengabaikan hal-hal kecil yang penting saat menegur. Tak ayal, bukan kebaikan yang kita dapatkan, justru sikap permusuhan yang malah muncul. Niat baik tidak selalu berbuah baik. Cara tepatlah yang akan mengantarkan niat baik itu ke tempat yang seharusnya.