REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Abdullah bin Ummi Maktum merupakan salah seorang sahabat Nabi SAW yang mulia. Ia menyandang disabilitas. Kedua matanya tak berfungsi sehingga ia tak bisa melihat.
Suatu kali, Abdullah mengikuti kajian Rasulullah SAW di masjid sebagaimana biasa. Rasul SAW menyampaikan tentang kewajiban setiap Muslim yang mendengarkan azan untuk segera menunaikan shalat di masjid.
Karena kondisi fisiknya, Abdullah memberanikan diri untuk bertanya kepada Rasulullah SAW. "Wahai Rasulullah SAW, apakah saya juga diwajibkan kendati saya tidak bisa melihat?" tanya dia.
Rasul menjawab, "Apakah engkau mendengar seruan azan?"
"Ya, saya mendengarnya."
Maka, Rasul SAW pun memerintahkannya agar tetap pergi ke masjid meskipun sambil merangkak.
Dengan penuh keimanan, setiap azan berkumandang dan waktu shalat tiba, Abdullah pun selalu bergegas pergi ke masjid untuk bisa berjamaah dengan Rasulullah SAW.
Suatu ketika, waktu Subuh, azan dikumandangkan dari masjid. Ibnu Ummi Maktum pun bergegas ke tempat ibadha itu. Namun, di tengah jalan, kakinya tersandung batu hingga mengeluarkan darah. Betapapun begitu, tekadnya sudah bulat untuk tetap melangkahkan kaki ke masjid.
Subuh keesokan harinya, seorang pemuda menghampirinya dengan maksud untuk menolongnya. Abdullah bin Ummi Maktum pun dituntun oleh pemuda itu dalam perjalanan menuju masjid.
Demikianlah, selama berhari-hari, sang pemuda selalu mengantarnya ke masjid. Ibnu Ummi Maktum pun ingin sekali membalas kebaikannya.
"Wahai saudaraku, siapakah gerangan namamu? Aku mengetahui namamu agar bisa mendoakanmu kepada Allah," ujarnya.
"Apa untungnya bagi Anda mengetahui namaku dan aku tak mau engkau doakan," jawab sang pemuda.
"Jika demikian," kata Abdullah sembari memegang tangan pemuda itu, "Cukup sampai di sini saja engkau membantuku. Aku tak mau engkau menolongku lagi karena engkau tak mau didoakan."
Akhirnya, sang pemuda pun memperkenalkan diri. "Wahai Ibnu Ummi Maktum, ketahuilah sesungguhnya aku adalah iblis."
Abdullah tersentak. "Kalau engkau memang iblis, mengapa menolongku dan selalu mengantarkanku ke masjid? Bukankah semestinya engkau mencegahku agar tidak ke masjid?" tanya Ibnu Ummi Maktum lagi.
Sang pemuda kemudian membuka rahasia atas pertolongannya selama ini.
"Wahai Ibnu Ummi Maktum, masih ingatkah engkau beberapa hari yang lalu tatkala engkau hendak ke masjid dan engkau tersandung batu? Aku tidak ingin hal itu terulang lagi. Sebab, lantaran engkau terjatuh, Allah telah mengampuni dosamu yang separuh. Aku takut kalau engkau tersandung lagi, Allah akan menghapuskan dosamu yang separuhnya lagi sehingga terhapuslah dosamu seluruhnya. Maka, sia-sialah kami setan menggodamu selama ini," jawab iblis tersebut.
Kisah di atas menggambarkan kepada kita bahwa sesungguhnya iblis tak akan pernah berhenti untuk menggoda dan menyesatkan manusia. Dalam hal yang baik pun, iblis selalu berusaha untuk membelokkan orang yang beriman ke arah yang dimurkai Allah.