REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam kitabnya yang berjudul Terapi Penyakit Hati (Judul asli: Ad Da'u wa ad-Dawa) karangan Ibnu Qayyim Al Jauziyah disebutkan, para sahabat Nabi Muhammad adalah golongan umat yang paling mengenal Allah dan RasulNya serta agamaNya yang haq. Karena itu, dibandingkan golongan lain, merekalah yang paling konsisten berpegang pada perintah berdoa dan memenuhi syarat-syarat dan tata caranya.
Diriwayatkan, Umar bin Khattab memohon pertolongan dengan berdoa ketika melawan musuh-musuhnya. Padahal, dia memiliki jumlah pasukan yang sangat besar.
"Kalian menang bukan karena jumlah kalian banyak. Kalian menang karena bantuan dari langit," kata Umar.
Umar menambahkan, "Sungguh aku tidak memikul beban dengan mendesakkan ijabah (terkabulnya doa). Tapi lebih didorong oleh keinginan untuk berdoa. Maka, camkanlah jika kalian diilhami untuk berdoa. Sesungguhnya ijabah itu mengikutinya."
Allah berfirman:
قَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ
Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. [Surat Ghafir 60]
Sementara, Nabi Muhammad bersabda:
"Barang siapa tidak memohon kepada Allah maka Allah akan murka kepadanya." (HR Ibnu Majah)
Menurut Ibnu Qayyim, semua ini menunjukkan bahwa Allah akan senang apabila ada orang meminta, memohon, taat kepadaNya. Bila Allah ridha, kebaikan akan senantiasa ada dalam keridhaannya, sebagaimana musibah berada dalam amarahNya.
Doa juga dinilai memiliki keterkaitan dengan kesehatan dan kesembuhan.
Dikutip dari buku berjudul Rahasia Kesehatan Rasulullah yang ditulis oleh dr Ade Hashman Sp.An, di mana dia mengutip tulisan Agus Mustofa dalam buku berjudul Kakbah Pusaran Energi, dianalogikan suatu terosi tentang thawaf di ka'bah yang dikaitkan dengan prinsip dalam ilmu fisika tentang 'kaidah tangan kanan'. Aksioma tangan kanan tersebut berbunyi, "Jika sebatang konduktor (misalnya logam) dikelilingi oleh listrik yang bergerak berlawanan dengan jarum jam maka pada konduktor tersebut itu akan muncul medan gelombang elektromagnetik yang mengarah ke atas."
Teori tersebut terkesan masuk akal mengingat tubuh manusia merupakan kumpulan biolistrik. Karena, dalam tubuh manusia terdapat aliran listrik yang dimunculkan oleh molekul-molekul elektrolit yang ada dalam cairan tubuh dan di sepanjang membran-membran sel di mana ion-ion tersebut berperan sebagai kation dan anion.
Oleh karena itu, jutaan manusia yang merupakan kumpulan bilyunan biolistrik yang berputar-putar berlawanan arah, jarum jam mengitari ka'bah, meminjam analogi 'tangan kanan' tersebut, tentu gerakan itu memunculkan medan dektromagnetik yang dahsyat yang mengarah ke atas.
Jika tempat-tempat mustajab (makbulnya doa) seperti sudut hajar aswad atau multazam dianggap sebagai konduktor maka pancaran munajat doa di temapt-temapt tersebut 'akan menggetar di langit arsy' (Wallahu halam).
Menurut dr Ade Hashman, ini penjelasan absurd karena sukar pembuktiannya. Tetapi yang terpenting dalam kegiatan haji mohonkanlah doa yang terbaik di tempat tersebut, termasuk memohon kepada Allah diberi kesehatan.
Dr Larry Dossey dalam bukunya The Healing Words memaparkan efek doa terhadap penyembuhan. Larry mengutip satu contoh dari penelitian yang dilakukan Dr Byrd di San Fransisco General Hospitar pada 1988 terhadap 393 pasian jantung yang kritis yang dirawat di ICU selama lebih 10 bulan dan dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pasien grup A didoakan hingga mereka meninggalkan rumah sakit. Kelompok pasien grup B tidak diberikan doa.
Kelompok doa tidak diberi tahu utnuk apa doa tersebut. Hasilnya sangat menarik. Kelompok yang didoakan meninggalkan rumah sakit lebih awal, insiden terjadinya gagal jantung lebih rendah dua kali, dan kebutuhan terhadap antibiotik menurun 1/5 nya.
Tim riset juga mengobservasi bahwa pemberian doa dengan perawatan penuh kasih memberikan hasil penyembuhan yang lebih baik. Pasien dengan keluhan nyeri dada dan mendapat curahan cinta serta kepedulian dari pasangan hidupnya, dilaporkan keluhannya berkurang 50 persen dibandingkan orang yang bujangan atau telah bercerai.
Dalam ajaran Islam, nyaris boleh dikatakan hampir tidak ada satu aktivitas paling sekuler pun yang tidak diawali dengan doa. Mulai bangun tidur, bepergian, mandi, berpakaian, makan minum bekerja, hingga tidur kembali.
Semua ini dilengkapi dengan doa-doa yang khusus minimal kita diperintahkan membaca 'basmallah'. Apalagi bila aktivitas tersebut merupakan bentuk dari ibadah maghda. Seluruh ruh kegiatan ibadah tersebut merupakan rentetan doa-doa kepada Allah.