REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alquran dan hadits yang merupakan pegangan utama umat Islam sebenarnya telah banyak mencontohkan kisah-kisah teladan soal pentingnya menjunjung tinggi moralitas. Dalam QS Yusuf/12: 20-29 misalnya dikisahkan perjuangan Nabi Yusuf lepas dari jerat kemaksiatan yang ditebar oleh istri majikannya, Zulaiha.
Dan keduanya berlomba-lomba menuju pintu dan wanita itu menarik baju gamis Yusuf dari belakang hingga koyak dan kedua-duanya mendapati suami wanita itu di muka pintu. Wanita itu berkata: "Apakah pembalasan terhadap orang yang bermaksud berbuat serong dengan istrimu, selain dipenjarakan atau (dihukum) dengan azab yang pedih?"
Yusuf berkata: Dia menggodaku untuk menundukkan diriku (kepadanya)". Seorang saksi dari keluarga wanita itu memberikan kesaksiannya: "Jika baju gamisnya koyak di muka, maka wanita itu benar, dan Yusuf termasuk orang-orang yang dusta. Dan jika baju gamisnya koyak di belakang, maka wanita itulah yang dusta, dan Yusuf termasuk orang-orang yang benar."
Maka tatkala suami wanita itu melihat baju gamis Yusuf terkoyak di belakang berkatalah dia: "Sesungguhnya (kejadian) itu adalah di antara tipu daya kamu, sesungguhnya tipu daya kamu adalah besar. Hai Yusuf, berpalinglah dari ini (rahasiakanlah peristiwa ini) dan (kamu hai istriku) mohon ampunlah atas dosamu itu, karena kamu sesungguhnya termasuk orang-orang yang berbuat salah" (QS 12: 25-29).
Berbekal keagungan moral itu Nabi Yusuf kemudian menjadi pejabat yang mampu mengantarkan rakyatnya hidup sejahtera setelah sebelumnya diterpa krisis ekonomi bertahun-tahun. Contoh lain diperlihatkan Nabi Muhammad SAW.
Ketika beliau gencar-gencarnya berdakwah, datang tawaran yang menggiurkan dari kaum kafir Quraisy agar Nabi menghentikan dakwahnya dengan imbalan harta dan wanita. Namun, Nabi menolaknya.
Keagungan moral juga diperlihatkan para sahabat Nabi seperti Umar bin Khattab. Tatkala Umar yang menjadi khalifah naik mimbar dan berkata, "Dengarkan dan taatilah ucapan saya ini", langsung ada seorang sahabat yang menjawab tidak mau mendengar apalagi menuruti perintah Umar jika Umar tak mau menjelaskan terlebih dulu asal muasal baju baru yang dipakainya saat itu.
Pertanyaan tersebut tak membuat Umar marah. Dengan suara tenang ia meminta anaknya, Abdullah bin Umar, yang kebetulan hadir untuk menjawab pertanyaan bernada menggugat itu.
Abdullah menjelaskan, baju yang tengah dipakai Umar saat itu merupakan pemberian kedua anaknya, bukan karena mengambil hak orang lain.
Sebab, kala itu, umat Islam memang tengah memperoleh jatah yang rata dari pemerintah berupa selembar kain yang tak mencukupi untuk sebuah baju. "Bagian saya dan adik saya diberikan kepada ayah karena saya melihat ayah jarang ganti baju karena tak punya persediaan," ujar Abdullah.
Islam juga mengajarkan kita tidak pandang bulu dalam menegakkan kebenaran. Rasulullah SAW misalnya pernah mengatakan, jika anaknya yang bernama Fatimah itu mencuri, maka dirinyalah yang akan memotong tangan Fatimah sebagai hukuman. Berbagai kisah teladan di atas menunjukkan keagungan moral menjadi bagian terpenting menciptakan masyarakat yang sejahtera sebagaimana di zaman Nabi dan para sahabat.
Amanah mesti ditegakkan walau pahit rasanya. Sebab inilah inti dari ajaran Islam yang agung itu.