Sabtu 14 Mar 2020 06:13 WIB

Aisyah binti Abu Bakar, Istri Nabi Muhammad yang Pakar Ilmu

Aisyah adalah istri dari manusia paling mulia, Rasulullah SAW,

Rep: Yusuf Assidiq/ Red: Elba Damhuri
Kaligrafi Nama Nabi Muhammad (ilustrasi)(smileyandwest.ning.com)
Foto: smileyandwest.ning.com
Kaligrafi Nama Nabi Muhammad (ilustrasi)(smileyandwest.ning.com)

REPUBLIKA.CO.ID, 

Hadis yang diriwayatkan Aisyah diakui kualitasnya karena dia menerimanya langsung dari Rasulullah SAW.

Baca Juga

Sejarah Islam mencatat nama beberapa wanita Muslimah yang kiprahnya dalam ilmu-ilmu agama, khususnya hadis, sangatlah penting. Ibnu Sa'ad pada kitab Thabaqat menghitung sekitar 700 perawi wanita Muslimah yang pernah ada. Dan berada di rangking pertama, tersebutlah nama Aisyah binti Abu Bakar.

Dialah istri dari manusia paling mulia, Rasulullah SAW, sekaligus putri sahabat beliau, Abu Bakar ash-Shiddiq. Aisyah juga dikenal sebagai sosok yang cerdas, seperti dalam periwayatan hadis tadi, dia menjadi yang diperhitungkan, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.

Dari mana muasalnya keunggulan Aisyah ini? Seperti diuraikan Muhammad Ibrahim Salim dalam buku Perempuan-perempuan Mulia di Sekitar Rasulullah, adalah kebersamaan yang cukup lama dengan Rasulullah menjadi faktor dominan di balik kefakihan serta keluasan ilmu yang dimiliki Aisyah.

Memang, wanita mulia ini telah dinikahi Rasulullah sejak berusia sembilan tahun, atau sepeninggal Sayyida Khadijah binti Khuwailid ra. Sekitar 10 tahun Aisyah mendampingi Nabi Muhammad SAW, dan selama itu pula dia banyak menyerap keluasan ilmu Rasulullah.

Bukan tanpa sebab Nabi memilih Aisyah sebagai pendamping, karena hal itu merupakan wahyu dari Allah SWT melalui mimpi beliau. Ini lantas diceritakan Nabi kepada Aisyah.

''Aku melihatmu dalam mimpiku selama tiga malam, ketika itu datang bersamamu malaikat yang berkata, ''Ini adalah istrimu''. Kemudian aku singkap tirai yang menyembunyikan wajahmu, lalu aku berkata sesungguhnya hal itu telah ditetapkan di sisi Allah,'' demikian sabda Nabi.

Hari-harinya lantas dilalui dengan siraman ilmu dari Rasulullah SAW. Aisyah tinggal di kamar yang berdampingan dengan Masjid Nabawi. Di kamar itulah, wahyu banyak diturunkan.

Dari sinilah, dia memiliki wawasan dan keluasan ilmu, terutama dalam masalah-masalah keagamaan, baik yang dikaji dari Alquran, hadis, maupun ilmu-ilmu fikih.

Abdul Bar mengungkapkan, selain pakar dalam bidang ilmu tafsir, hadis dan fikih, Aisyah juga menguasai ilmu kedokteran, syair dan ilmu genealogi (ilmu keturunan).

Seiring itu, kepeduliannya terhadap ilmu pengetahuan semakin tertanam. Dia giat berlatih membaca (qira'ah), pengajarnya adalah asy Syifa binti Abdullah bin Syam al-Qursyiah.

Dengan kecerdasannya, dalam berbagai kesempatan Aisyah kerap datang dengan ide-ide cemerlang juga tutur katanya yang santun, dan ini sangat membantu dalam meringankan tugas dakwah Rasulullah.

Tempat Bertanya

Ilmu yang dimiliki lantas diabdikan pula di tengah masyarakat Muslim, terutama bagi para Muslimah. Dia misalnya langsung mengajari untuk mengenakan tabir sebagaimana diwajibkan atas istri-istri Rasulullah.

Sebaliknya, Aisyah sangat membenci kaumnya yang melanggar hukum Islam, yang pernah dia sampaikan saat menerima rombongan wanita 'Himsha'. Kata Aisyah, ''Jangan-jangan kalian termasuk golongan wanita yang sering memasuki kamar mandi terbuka (kolam).''

Aisyah tidak pernah mempermudah hukum kecuali jika sudah jelas dalilnya dari Alquran dan sunnah. Pasalnya, Aisyah memiliki kesempatan untuk bertanya langsung kepada Rasulullah jika menemukan sesuatu yang belum dia pahami tentang suatu ayat.

Selain itu, Aisyah banyak menghafalkan hadis-hadis Nabi SAW, sehingga para ahli hadis menempatkan dirinya pada deretan para penghafal hadis terkemuka seperti Abu Hurairah, Ibnu Umar, dan Anas bin Malik. Secara keseluruhan, Aisyah telah meriwayatkan sebanyak 2.210 hadis, 174 di antara berderajat muttafaq'alaih. 

Alhasil, dia menjadi tempat bertanya. Jika para sahabat berselisih pendapat tentang suatu masalah, tidak segan-segan mereka meminta penyelesaian dari Aisyah.

Dalam perkembangannya, Aisyah dikenal sebagai perawi hadis yang meng-istinbath hukum sendiri ketika kejelasan hukumnya tidak ditemukan dalam Alquran dan hadis lain.

Kepakaran Aisyah kian menemukan urgensinya sepeninggal Rasulullah. Dia menghabiskan waktu untuk berdakwah dan berfatwa. Aisyah wafat pada usia 66 tahun, bertepatan dengan bulan Ramadhan, tahun ke-58 Hijriah, dan dimakamkan di Baqi.

Perawi Hadis Terkemuka:

1. Abu Hurairah : 5.394 hadis

2. Umar ibnu Khaththab : 2.637 hadis

3. Aisyah binti Abu Bakar : 2.210 hadis

4. Ibnu Abbas : 1.504 hadis

5. Abu Sa'id al Khudri : 1.170 hadis

 

Sumber: buku Perempuan-perempuan Mulia di Sekitar Rasulullah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement