Sabtu 14 Mar 2020 05:00 WIB

Malu Sebagian dari Iman

Rasa malu adalah sumber kebaikan bagi Muslim.

Malu Sebagian dari Iman.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Malu Sebagian dari Iman.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Abu Mas'ud Uqbah Al-Anshari berkata: Bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya sebagian dari apa yang telah dikenal orang dari perkataan kenabian yang pertama adalah: 'Bila engkau tidak malu, maka berbuatlah sekehendak hatimu" (HR Bukhari).

Hadits ini sangat penting artinya bagi setiap Muslim, karena dalam hadis ini putaran-putaran ajaran Islam semuanya bertumpu. Hadits ini singkat redaksinya, tapi padat maknanya dan sarat akan pesan moral. Di dalamnya Rasulullah SAW mengingatkan kita akan pentingnya rasa malu, sebagai suatu sifat bagi bersandarnya akhlak-akhlak Islami.

Baca Juga

Para ulama berbeda pendapat dalam memaknai hadits ini. Setidaknya ada tiga pengertian. Pertama, dalam hadits ini Rasul mengeluarkan ancaman.

Seakan-akan beliau berkata bahwa kalau engkau sudah tidak memiliki rasa malu, maka lakukanlah apa yang kamu kehendaki, karena Allah SWT akan membalas perbuatan itu. Ungkapan seperti ini bukan sebuah perintah, tapi ancaman dan larangan.

Kedua, hadits ini memberikan berita bila seseorang tidak lagi memiliki rasa malu, maka ia akan melakukan apa saja yang dia kehendaki. Karena rasa malu adalah variabel yang dapat mencegah orang dari maksiat dan kekejian.

Ketiga, dibolehkannya melakukan suatu perbuatan kalau seseorang sudah tidak malu lagi, karena sesuatu yang tidak dilarang oleh syara' maka hukumnya boleh. Seperti diungkapkan oleh Imam Nawawi bahwa kita boleh melakukan apa saja selama tidak ada nash yang melarangnya.

Dari tiga makna ini, para ulama lebih cenderung untuk merujuk pada pengertian yang pertama, bahwa hadits ini berbentuk ancaman. Ketika seseorang sudah tidak lagi memiliki rasa malu, maka Rasul mempersilakannya melakukan segala sesuatu sekehendak hati.

Jadi, hadits ini bukan sebuah perintah agar kita bertindak sesuai kehendak hati. Hadits ini adalah peringatan sekaligus ancaman kepada mereka yang sudah tidak lagi memiliki rasa malu.

Muhammad Abdulrazak Al Mahili mengungkapkan, "Apabila kamu tidak malu kepada Allah SWT dan merasa tidak dilihat oleh-Nya, maka jerumuskan dirimu ke dalam berbagai macam larangan. Lakukan apa yang kamu suka". Hal ini sama dengan firman Allah SWT, ''Perbuatlah apa yang kamu kehendaki, sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan (QS Fushshilat: 40).

Secara umum, rasa malu ada dua macam, yaitu malu sebagai sebuah tabiat atau pembawaan yang dianugerahkan Allah SWT sejak manusia lahir. Kedua, malu yang tumbuh sebagai hasil usaha.

Sabda Rasulullah SAW dalam hadits ini lebih merujuk pada malu dalam bentuk kedua. Bila demikian, kita wajib merawat dan mengembangkan rasa malu ini dengan berusaha mengenal siapa Allah dan siapa diri kita.

Rasa malu adalah sumber kebaikan dan pembentuk akhlak mulia, selain sebagai harta warisan dari para utusan Allah terdahulu. Karena itu, malu menjadi salah satu pangkal keimanan seseorang. Betapa tidak, bila seseorang sudah tidak memiliki rasa malu, maka ia berpotensi melakukan berbagai hal yang dilarang agama. Wallahu a'lam bish-shawab.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement