REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak banyak sumber yang mengungkapkan kehidupan al- Khammar. Sumber utama yang menyingkap kehidupannya adalah artikel yang ditulis al- Syahraruzi.
Ia menuliskannya berdasarkan penuturan Ibnu Ushaibia dan al-Baihaqi. Al-Syahraruzi menceritakan karier al-Khammar. Misalnya, perjalanan al- Khammar ke Ray, Persia, sekitar 1002 M.
Di sana, ia mendedikasikan sebuah karyanya kepada penguasa setempat bernama Abu Sa’d Muhammad al-Hamadani. Selanjutnya, ia pindah ke Khawarizm bersama ilmuwan terkenal, Ma’mun bin Muhammad bin Khawarizmsyah.
Ketika menetap di kota yang berada di wilayah Asia Tengah itu, ia menulis buku berjudul Maqala fi Imtihan al-Atibba yang dipersembahkan untuk Sultan Abu al- Abbas Ma’mun. Selama 15 tahun, ia berada di sana, lalu ia pindah ke Ghaznah. Pada saat itulah, Sultan Ma’mun memintanya masuk Islam.
Namun, al Khammar keberatan. Tiada paksaan dari sultan. Beberapa waktu kemudian, tokoh itu menjadi Muslim dengan sendirinya. Keluarga al-Khammar adalah penganut Nasrani aliran Nestorian.
Akan tetapi, ia lantas menjadi seorang Muslim setelah melalui pengalaman religius yang membuatnya sangat terkesan. Ada kisah di balik kepindahan agama al-Khammar.
Suatu hari, ia bertemu guru agama yang sedang mengaji. Ketika mendengar lantunan Alquran bersuara merdu, ia pun tersentuh. Ia segera menangis tersedu selama hampir satu jam.
Pada malam harinya, ia bermimpi bertemu Rasulullah. Nabi Muhammad muncul di hadapannya dan berkata dengan tegas, Tidak pantas bagi orang berpengetahuan seperti engkau mengingkari kenabianku.
Dalam mimpinya, ia masuk Islam. Setelah terbangun, dia merasa takjub. Tak berpikir panjang, al-Khammar segera menyatakan keislamannya secara terbuka. Ia bertekad menjadi Muslim se utuhnya.
Setelah itu, urai Joel L Kraemer, tokoh ini gencar mempe lajari ilmu hukum Islam (fikih). Al-Khammar berusaha menghafal Alquran walau usianya tidak muda lagi. Luka serius setelah terjatuh dari kuda menjadi penyebab ia mengem buskan napas terakhir.
Sumber: Pusat Data Republika