Selasa 28 Mar 2023 05:54 WIB

Islamnya Komandan Perang Romawi Saat Perang Yarmuk dan Runtuhnya Mental Musuh

Perang Yarmuk berlangsung dengan sengit dan memakan banyak korban

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi Sahabat Nabi. Perang Yarmuk berlangsung dengan sengit dan memakan banyak korban
Foto: MgIt03
Ilustrasi Sahabat Nabi. Perang Yarmuk berlangsung dengan sengit dan memakan banyak korban

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Ada sebuah kisah menarik dalam  Perang Yarmuk yang meletus pada Agustus 636 Masehi. Cerita tersebut berkaitan dengan masuk Islamnya seorang petinggi militer Bizantium, George Todzira. Padahal, waktu itu pertempuran sedang berlangsung. Tentu saja, moral pasukan Kristen menjadi kaget dan mengendur dibuatnya. 

Di dekat Sungai Yarmuk, kedua kubu sudah berhadap-hadapan. Namun, pemimpin masing-masing pasukan belum menyerukan tanda dimulainya pertempuran. 

Baca Juga

Pasukan Muslimin bertahan di perkemahannya. Begitu pula dengan para prajurit Bizantium yang berjumlah hingga 150 ribu orang. 

Dalam kondisi demikian, George Todzira selaku panglima Bizantium mengirimkan utusan kepada Khalid. 

Ahli strategi militer yang sukses menaklukkan Damaskus dua tahun sebelumnya itu menerima delegasi lawan dengan baik. 

Bahkan, sang komandan Muslim menyetujui permintaan George untuk berbicara empat mata di sebuah lokasi netral. 

Abu Ubaidah lantas ditunjuknya sebagai pengganti sementara posisinya. Akhirnya, pertemuan yang telah direncanakan berlangsung. 

Di titik yang telah disepakati, kedua panglima perang itu saling berhadapan. Leher tunggangan mereka bertautan. 

Pemandangan menggetarkan ini disaksikan dari kejauhan oleh ribuan pasukan dari masing-masing kubu.

“Wahai Khalid, jawablah setiap pertanyaanku dengan jujur. Janganlah engkau berbohong karena sesungguhnya seorang yang merdeka tidak pantas berbohong. Jangan pula engkau menipuku karena sungguh orang yang mulia tidak akan menipu,” kata George. 

Khalid menganggukkan kepalanya. Pemimpin pasukan Bizantium itu pun meneruskan pembicaraan. “Apakah Allah SWT menurunkan pedang dari langit kepada Nabi kalian, lalu Dia memberikannya kepadamu? Apakah pedang itu akan berhasil mengalahkan suatu kaum yang dihadapinya?” tanya George.

“Tidak, jawab Khalid singkat. “Lantas, mengapa engkau dijuluki saifullah (Pedang Allah)?”  “Sesungguhnya Allah telah mengutus Nabi-Nya di tengah-tengah kami. Beliau berdakwah kepada kami, tetapi kami semua tidak memedulikannya. Sebagian dari kami kemudian ada yang membenarkan dakwahnya dan mengikutinya. Yang lain menjauhi dan mendustakannya,” tutur Khalid. 

Baca juga: Perang Mahadahsyat akan Terjadi Jelang Turunnya Nabi Isa Pertanda Kiamat Besar?

“Dahulu, aku termasuk orang yang menjauhi, mendustakan, dan memeranginya. Namun, Allah memberikan hidayah kepadaku. Beliau (Nabi) berkata kepadaku, 'Engkau adalah pedang di antara pedang-pedang Allah yang Dia hunuskan kepada orang-orang musyrik. Beliau mendoakanku dengan kemenangan, dan juga menyebutku dengan saifullah. Mulai saat itu, aku menjadi orang yang paling keras melawan orang-orang musyrik,” sambungnya.

Georde ternyata puas akan jawaban Khalid. “Wahai Khalid, beri tahu aku, apa yang engkau serukan kepadaku?”   

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement