Kamis 09 Feb 2023 14:46 WIB

Puasa di Dunia Matrealistis

puasa masih dianggap sebagai tindakan ibadah yang aneh.

Rep: Mabruroh/ Red: Muhammad Hafil
 Puasa di Dunia Matrealistis. Foto:  Ilustrasi Berpuasa
Foto: Prayogi/Republika
Puasa di Dunia Matrealistis. Foto: Ilustrasi Berpuasa

REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON — Trend matrealistis saat ini lebih mendominasi budaya kita. Orang-orang berlomba-lomba memenuhi kebutuhan matrealistis mereka ketimbang menahannya. Maka di sini, puasa adalah cara yang efektif untuk mengekang tren matrealistis yang tidak ada matinya itu.

Namun sayangnya, puasa masih dianggap sebagai tindakan ibadah yang aneh di mata peradaban matrealistis yang mendominasi kancah global dunia saat ini. Alih-alih berpikir untuk akhirat, sekarang banyak orang yang justru terjebak dan diperbudak oleh peradaban matrealistis.

Baca Juga

Orang-orang berlomba untuk saling meningkatkan standar hidup mereka. Sehingga tanpa sadar mereka lupa dan hanya memandang kemakmuran sebagai rahasia di balik kesehatan tubuh mereka. Pertanyaannya, apakah benar orang-orang memperlakukan tubuh mereka dengan cara yang menunjukkan rasa hormat ?

Dilansir dari About Islam, Kamis (9/2/2023), Ahli diet mengatakan bahwa makanan itu memiliki dua fungsi. Fungsi pertamanya adalah memberi tubuh energi yang diperlukan untuk bergerak dan bertindak. Fungsi kedua adalah memperbaharui sel-sel yang mati dan memungkinkan tubuh untuk tumbuh selama berbagai tahap kehidupan seseorang.

 

Nah, benarkah kita makan untuk memenuhi kedua kebutuhan tersebut saja? Ahli diet mengatakan bahwa tubuh manusia membutuhkan kalori setiap harinya untuk mempertahankan hidup seseorang. Faktanya, jika kalori yang dibutuhkan sehari misalnya 100, maka rata-rata orang akan mengkonsumsi antara 300 dan 1000. Artinya, mereka memakan lebih banyak dari yang dibutuhkan tubuh.

Bagi banyak orang, menambah berat badan jauh lebih baik daripada merawat anak yang miskin. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang tahu apa yang berbahaya bagi dirinya sendiri, tetapi ia rela melakukannya.

Sebenarnya hal ini masih bisa didisiplinkan dan dihentikan pada batas-batas rasional yakni dengan cara berpuasa. Berpuasa adalah cara efektif dalam mengendalikan diri agar tidak berlebihan. Karena segala yang berlebihan, termasuk makanan akan sangat berbahaya bagi tubuh seseorang.

Suatu pagi Rasulullah SAW bertanya kepada keluarganya, apakah mereka memiliki sesuatu untuk bisa dimakan dan jawabannya adalah tidak. Saat itu juga, beliau memutuskan untuk berpuasa hari itu. Dia menghabiskan harinya tetap seperti biasa. Rasul akan menghadiri berbagai pertemuan, mengadili di antara para pihak yang berperkara tanpa menunjukkan tanda-tanda ketidaknyamanan.

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (Ash-Syarh ayat 5-6)

Sungguh kekuatan psikologis yang luar biasa ketika manusia menghadapi saat-saat baik dan buruk dengan pengendalian diri yang sempurna, daya tahan, rasionalitas, dan senyum lebar yang manis.

Tidak ada yang lebih unggul dari puasa

Dari waktu ke waktu, orang mungkin dilanda krisis parah yang mengguncang fondasi masyarakat karena kekurangan makanan dan minuman. Tapi, apa yang harus mereka lakukan? Mereka menjadi sabar di luar keinginan mereka, atau menjadi harus menjalankan puasa. Mereka melakukan keduanya saat hati mereka dipenuhi dengan kejengkelan dan ketidakpuasan.

Puasa Ramadhan merupakan ritual umat Islam. Cara Islam mengajarkan umatnya untuk senantiasa menahan diri dengan tidak makan dan minum sejak matahari terbit hingga terbenam, dan semua itu dilakukan semata-mata hanya untuk Allah SWT.

Puasa juga menjadi satu ibadah yang hanya hamba dan Tuhannya yang tahu. Mereka yang melakukan ini selalu mengharapkan pahala atas kesabarannya dari Tuhannya pada hari yang sangat sulit.

“Dan itu adalah hari dimana semua orang akan dikumpulkan (untuk dihisab). Dan itu adalah Hari yang akan disaksikan oleh semua ciptaan!” (QS. Hud ayat 103)

Hubungan antara kesulitan dan pahala di akhirat dijelaskan pada hadits berikut. “Barangsiapa yang menjalankan puasa selama bulan Ramadhan karena iman yang tulus, dan berharap mendapatkan pahala Allah, maka semua dosa masa lalunya akan diampuni. ” (Al-Bukhari)

Sayangnya, tetap akan ada orang-orang yang tidak menghormati bulan Ramadhan. Bukan saja tidak berpuasa namun mereka makan dan minum di hadapan orang yang tengah berpuasa wajib. Lalu apa yang akan menimpa orang-orang ini di sisi Allah kelak?

Alqur'an yang Maha Mulia memberitahu kita tentang orang-orang yang menyia-nyiakan masa depan mereka sedemikian rupa.

“Dan penghuni neraka akan memanggil penghuni surga: ‘Tuangkan air ke atas kami atau beri kami rezeki dari apa yang telah Allah berikan kepadamu!’ Mereka (penghuni surga) menjawab: ‘Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya terhadap orang-orang kafir, yaitu orang-orang yang menjadikan agamanya sebagai hiburan dan permainan, dan yang telah dikelabui oleh kehidupan dunia.” (QS. Al-A'raf ayat 50-51).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement