Senin 31 Oct 2022 07:02 WIB

Mengapa Orang Awam Diwajibkan Ikut Ulama Madzhab? 

Dalam Islam, terdapat banyak variasi pandangan dari ulama-ulama madzhab.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Ani Nursalikah
Mengapa Orang Awam Diwajibkan Ikut Ulama Madzhab? 
Foto: ANTARA/Fakhri Hermansyah
Mengapa Orang Awam Diwajibkan Ikut Ulama Madzhab? 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam Islam, terdapat banyak sekali hukum-hukum Islam yang mana dari setiap hukumnya terdapat variasi pandangan dari ulama-ulama madzhab. Maka untuk ini, diharuskan bagi umat Islam untuk berpegangan pada madzhab yang dianut. 

Dalam kitab Fathul Muin dijelaskan, orang awam diwajibkan untuk bermadzhab. Dan ketika ia berpegangan pada suatu madzhab, maka diwajibkan baginya untuk bersesuaian dengannya. Jika tidak, maka diwajibkan baginya untuk mengikuti salah satu madzhab tertentu di antara empat madzhab yang ada. 

Baca Juga

Alasan diwajibkannya madzhab bagi orang awam adalah agar dapat berpegangan pada jalur syariat yang diyakini oleh ulama madzhab tersebut. Umat Islam mempercayai bahwa para ulama madzhab adalah ulama yang sholih, kompeten, dan sangat menguasai hukum-hukum syariat. 

Namun demikian apabila seseorang sudah mengamalkan madzhab yang pertama, diperbolehkan baginya untuk pindah ke madzhab lain secara keseluruhan atau dalam beberapa masalah. Perpindahan itu dengan syarat tidak memilih-milih hal yang ringannya saja, yakni mengambil mana yang ringan dari setiap madzhab. Apabila terjadi, yang seprti itu dihukumi fasiq menurut beberapa pendapat. 

Disebutkan bahwa Al-Khadim menulik dari sebagian para orang yang berhati-hati. Yakni yang lebih utama bagi orang yang terkena penyakit was-was adalah mengambil pedoman dengan madzhab mana yang lebih ringan. Dengan begitu tidak bertambah was-was dan tidak keluar dari aturan syariat. 

Sedangkan bagi yang tidak was-was adalah mengambil mana yang lebih berat, agar tidak keluar dari status 'diperbolehkan'. 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنْ كُنْتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّنَ الْبَعْثِ فَاِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُّضْغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ وَّغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِّنُبَيِّنَ لَكُمْۗ وَنُقِرُّ فِى الْاَرْحَامِ مَا نَشَاۤءُ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوْٓا اَشُدَّكُمْۚ وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّتَوَفّٰى وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّرَدُّ اِلٰٓى اَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنْۢ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْـًٔاۗ وَتَرَى الْاَرْضَ هَامِدَةً فَاِذَآ اَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاۤءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَاَنْۢبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍۢ بَهِيْجٍ
Wahai manusia! Jika kamu meragukan (hari) kebangkitan, maka sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu; dan Kami tetapkan dalam rahim menurut kehendak Kami sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampai kepada usia dewasa, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dikembalikan sampai usia sangat tua (pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air (hujan) di atasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi subur dan menumbuhkan berbagai jenis pasangan (tetumbuhan) yang indah.

(QS. Al-Hajj ayat 5)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement