Rabu 19 Oct 2022 05:27 WIB

Penuhnya Cinta di Rumah Nabi Muhammad

Kehidupan Nabi Muhammad dengan istri pertamanya Khadijah simbol kebahagiaan.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Ani Nursalikah
Rasulullah SAW (ilustrasi). Penuhnya Cinta di Rumah Nabi Muhammad
Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Rasulullah SAW (ilustrasi). Penuhnya Cinta di Rumah Nabi Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penulis Keagamaan dari Arab News Adil Salahi menyebut karakteristik utama dalam kehidupan Nabi Muhammad adalah cinta. Alih-alih hidup kaya bergelimangan, Adil mengutip kehidupan Nabi berdasarkan catatan yang lebih sederhana tapi memastikan kebahagiaan keluarganya dan yang lain terjamin.

Mengutip About Islam, Selasa (18/10/2022), kehidupan Nabi Muhammad dengan istri pertamanya Khadijah merupakan simbol dari kebahagiaan yang menggabungkan karakteristik paling mulia. Apalagi, saat hubungannya dirawat dan dijaga dengan penuh kasih yang murah hati.

Baca Juga

“Mereka adalah pasangan yang paling bahagia, mereka hidup bersama selama 15 tahun atau lebih sebelum (Nabi Muhammad) mulai menerima wahyu-Nya,” kata Adil.

Saat Nabi Muhammad menerima wahyu, disadari ada tugas yang sangat besar dan harus dipenuhi semua yang patut diteladani. Meski menghabiskan banyak waktu dengan orang lain dalam menyiarkan Islam, Nabi Muhammad sangat menyenangi keberadaan Khadijah.

“Khadijah adalah satu-satunya istri selama 25 tahun atau lebih. Ketika meninggal, dia meninggalkan kekosongan besar dalam hidup Nabi Muhammad yang tidak dapat diisi dengan mudah oleh wanita mana pun,” tuturnya. 

Meski demikian, selang beberapa waktu saat Nabi Muhammad dinilai perlu menikahi beberapa wanita lain dengan alasan sosial atau politik. Allah membebaskan syarat membolehkan lelaki menikahi empat istri sekaligus.

“Terlepas dari kenyataan bahwa beberapa dari pernikahan ini terjadi secara berurutan, cinta melebarkan sayapnya di rumah Nabi, dengan semua penghuni mendapatkan manfaat darinya,” ucapnya.

Meski banyak hadist yang menyebut jika Nabi Muhammad sangat mencintai Aisyah, Adil mengatakan, tidak berarti Nabi Muhammad tidak mencintai yang lain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement