REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Sejarah mengabadikan sejumlah peristiwa penting yang terjadi pada Ramadhan. Peristiwa ini bahkan menjadi tonggak tegakknya risalam Islam.
Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Integrasi Quran PPIQ-368, Bandung, KH Iskandar Mirza, mengatakan setidaknya ada lima peristiwa besar yang terjadi pada bulan suci Ramadhan yang bisa diambil hikmahnya.
Pertama, Perang Badar. Peristiwa ini setidaknya dapat Umat Islam rasakan bersama bagaimana kondisi dan situasi lahir dan batin umat Islam saat melakukan peperangan dalam bulan Ramadhan, lapar haus dan dahaga secara fisik pasti secara akal akan menyatakan berat dan susah, belum lagi lawan jumlahnya lebih banyak.
"Ini patut jadi renungan mendalam bagi ummat Islam, bahwa perjuangan melawan kezaliman dan ketidakadilan tak terhalang oleh kondisi fisik. Justru semangat dan kekuatan para mujahid sejati bukan lahir dari kekuatan fisiknya, melain taqarrub (kedekatan) seorang hamba pada Allah (taqwa) yang melahirkan kekuatan yang sesungguhnya," kata Kiai Iskandar saat menerangkan peristiwa penting yang terjadi di bulan Ramadan kepada Republika.co.id, Kamis (7/4/2022).
Kiai Iskandar memastikan, jika api jihad sudah membara dalam jiwa seorang mukmin, maka iya tak lagi peduli pada kondisi fisiknya. Maka menguatkan mental spiritual adalah hal yang mutlak dilakoni insan beriman yang berpuasa.
Kedua, Fathu Makkah atau penaklukkan Makkah. Peristiwa ini adalah efek dari ingkarnya kaum kafir Quraisy terhadap perjanjian Hudaibiyah yang disepakati bersama Rasulullah SAW. Peristiwa ini mengajarkan hasil dari sebuah kesabaran, di mana bagi sahabat Rasulullah perjanjian ini sangat berat bagi kaum Muslimin.
"Namun Rasulullah SAW sangat amat memahani karakter dan sifat kaum kafir yang mudah melanggar janji," katanya.
Sehingga kata Kiai Iskandar, Nabi hanya membutuhkan kesabaran, sebagaimana yang diajarkan dalam ibadah puasa, yang menghimpun tiga kesabaran sekaligus, yaitu sabar dalam mentaati Allah SWT, sabar dalam menghadapi rasa lapar dan sabar terhadap takdir puasa yang diwajibkan bagi umat Islam.
Ketiga, wafatnya insan-insan terkasih Rasulullah SAW, seperti istri tercinta (Khadijah al Kubro ra, Fatimah al Zahrah ra, dan Ruqayyah ra). Semua ini adalah ujian kesabaran, di mana setiap Muslim harus ikhlas dalam menjalani ujian yang merupakan syarat utama kemuliaan yang harus dijalani seorang hamba.
"Sebagaimana puasa yang di dalamnya penuh konsekwensi ujian lahir dan batin hingga kita menemukan dua kebahagian, yaitu bahagia saat berbuka puasa, dan bahagia saat bertemu Allah kelak di surga," katanya.
Keempat, Nuzul Alquran. Peristiwa ini adalah peristiwa hebat yang juga terjadi pada Ramadhan. Setidaknya peristiwa ini menunjukkan bahwa tidak ada amal terbaik di bulan Ramadhan kecuali mengkhatamkan Alquran, bahkan para alim ulama mazahib menghentikan sementara majelis ilmunya untuk mengkhatamkan Alquran di bulan Ramadhan.
"Setidaknya malam nuzul Alquran patut dijadikan spirit untuk gemar mengkhatamkan Alquran untuk meraih gelar 'al hal wa al murtahal' yaitu gelar yang disematkan Rasulullah saw pada mereka yang senantiasa gemar mengkhatamkan Alquran dari Al-Fatihah sampai An-Naas.
Kelima, Lailatul Qadar. Peristiwa injadalah malam yang terbaik dari semua malam, karena malam ini menjadi malam diturunkannya Alquran.
Setidaknya perebutan malam ini menjadi cita-cita besar bagi setiap pelaku siyam. Karena malam ini memiliki keistimewaan dibanding dengan malam malam lainnya yang hanya terjadi pada Ramadhan.
"Untuk meraih keistimewaan malam ini, orang orang melakukan ibadah itikaf, sebagai bentuk muhasabah, tafakkur dan renungan atas semua khilaf dan dosa yang selama ini dilakukan," katanya.
Dia berharap, peristiwa-peristiwa besar diatas menjadi semangat dalam jam-jam jalanan ibadah di bulan Ramadan. Untuk itu umat luruskan niat menamban iman dan takwa. "Semoga lima peristiwa besar Ramadhan ini dapat menjadi inspirasi nurani, motivasi jiwa dan semangat meraih kemenangan sejati. Amin," katanya.