Kamis 09 Dec 2021 06:17 WIB

Mengapa Nabi Muhammad tak Bangun Istana? 

Nabi Muhammad diperintah menyempurnakan akhlak manusia.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
Mengapa Nabi Muhammad tak Bangun Istana? Foto: Nabi Muhammad (ilustrasi)
Foto: Republika
Mengapa Nabi Muhammad tak Bangun Istana? Foto: Nabi Muhammad (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW merupakan utusan Allah SWT yang diperintahkan untuk menyempurnakan akhlak manusia. Dalam perjalanan dakwah beliau, tak sekalipun Nabi mendirikan istana meski sebetulnya sangat mampu, mengapa demikian? 

Ahmad Mansur Suryanegara dalam buku Api Sejarah menjelaskan, untuk menegaskan tata kehidupan masyarakat Madinah, Rasulullah SAW tidak membangun istana. Beliau lebih dulu membangun Masjid Quba begitu menginjakkan kaki di kota tersebut ketika hijrah. 

Baca Juga

Bahkan ketika Nabi ditawari oleh malaikat Jibril untuk memilih hendak dijadikan apa, Rasulullah memilih untuk menjadi utusan Allah. Tak sekalipun Nabi berkeinginan untuk menjadi raja atau sejenisnya. 

Kemudian pada awalnya umat Islam yang berkiblat ke Masjid Al-Aqsa, kini diperintahkan berkiblat ke Masjid Al-Haram di Makkah. Pemindahan kiblat ini membuat salah satu masjid di Madinah pun ikut berpindah kiblat hingga memiliki dua kiblat, yaitu Masjid Qiblatain. 

Sedangkan Masjid Nabawi baru dibangun sesudah arah kiblat pindah ke Madjid Al-Haram di Makkah. Dalam masjid dan berandanya, Rasulullah SAW menjadikan markas besar, kantor pemerintahan, balai pertemuan, majelis taklim, dan tempat aktivitas lainnya. 

Rumah Rasulullah SAW pun berada di sebelah Masjid Nabawi yang sekarang menjadi makam Rasulullah, Sayyidina Abu Bakar, hingga Sayyidina Umar bin Khattab. 

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Apakah internet dan teknologi digital membantu Kamu dalam menjalankan bisnis UMKM?

  • Ya, Sangat Membantu.
  • Ya, Cukup Membantu
  • Tidak
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
كَانَ النَّاسُ اُمَّةً وَّاحِدَةً ۗ فَبَعَثَ اللّٰهُ النَّبِيّٖنَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ ۖ وَاَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيْمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ فِيْهِ اِلَّا الَّذِيْنَ اُوْتُوْهُ مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَتْهُمُ الْبَيِّنٰتُ بَغْيًا ۢ بَيْنَهُمْ ۚ فَهَدَى اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لِمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ مِنَ الْحَقِّ بِاِذْنِهٖ ۗ وَاللّٰهُ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ
Manusia itu (dahulunya) satu umat. Lalu Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Dan diturunkan-Nya bersama mereka Kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Dan yang berselisih hanyalah orang-orang yang telah diberi (Kitab), setelah bukti-bukti yang nyata sampai kepada mereka, karena kedengkian di antara mereka sendiri. Maka dengan kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.

(QS. Al-Baqarah ayat 213)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement