Ahad 10 Oct 2021 05:55 WIB

Gambaran Rumah Cucu Rasulullah SAW Hasan dan Husain

Hasan dan Husain dikenal sebagai sosok yang sederhana

Rep: Rossi Handayani/ Red: Nashih Nashrullah
Hasan dan Husain dikenal sebagai sosok yang sederhana. Ilustrasi Nabi Muhammad SAW
Foto: MGROL100
Hasan dan Husain dikenal sebagai sosok yang sederhana. Ilustrasi Nabi Muhammad SAW

REPUBLIKA.CO.ID, – Kesederhanaan dalam hidup sehari-hari keluarga Rasulullah SAW merupakan teladan yang senantiasa patut dicontoh.

Demikian cucu Rasulullah ﷺ,  Hasan dan Husain. Dari aspek tempat tinggalnya, keduanya tinggal di rumah yang sederhana. 

Baca Juga

Dikutip dari buku Hasan dan Husain the Untold Story karya Sayyid Hasan al-Husaini, Hasan dan Husain tinggal di rumah yang beratapkan pelepah kurma. 

Dindingnya terbuat dari bebatuan yang disusun dan direkatkan dengan tanah liat. Seperti itu pula bangunan fisik rumah para Sahabat pada umumnya. Atap rumah mereka tidak tinggi menjulang, seperti yang dituturkan A Hasan al-Bashri: "Pada masa Khalifah Utsman bin Affan, aku pernah memasuki rumah istri-istri Nabi, dan dengan kedua tanganku ini, aku bisa meraih bagian atapnya." (Thabaqat Ibnu Sa'ad). 

Seperti itulah kondisi fisik rumah mereka, sederhana dan sempit. Namun demikian, rumah-rumah tersebut terasa mewah dengan ketaatan dan keimanan. Dia terasa luas karena dihidupkan dengan Alquan, penuh dengan ibadah dan zikir sepanjang hari.  

Sementara di bagian sudut rumah ada zirah Huthamiyah milik ayah mereka. Baju besi itu menjadi saksi bisu atas aksi-aksi heroik Ali dalam berbagai pertempuran yang dilaluinya, dan pada saat-saat genting dan sulit.  

Sebelum menikahi Fathimah, Ali sempat menjualnya kepada Utsman dan hasilnya digunakan sebagai mahar Fathimah. Kemudian, Utsman bin Affan menghadiahkan zirah itu kepadanya. Atas kedermawanan Utsman ini, Nabi pun mendoakan kebaikan untuknya.  

Di salah satu sudut rumah Hasan dan Husain, terdapat dua tempayan air. Nabilah yang memberikan keduanya kepada mereka. (HR Ahmad). 

Selanjutnya, sisi yang lain ada selembar tikar dari kulit kambing yang biasa digunakan sebagai alas tidur mereka pada malam hari.  

Sedangkan pada siang hari, Fathimah memfungsikannya sebagai alas makanan (Kanzul Ummal). Di dekat tikar itu tergolek seonggok bantal yang terbuat dari kulit hewan yang telah disamak dan diisi dengan serabut.

 Di sisi bantal, terlihat selimut sederhana yang cukup pendek, jika digunakan untuk menutupi bagian kepala maka bagian kaki terbuka, dan jika ditutupkan ke kaki maka bagian kepala terbuka (HR Ahmad). 

Sementara sudut yang lain, terdapat penggiling gandum. Fathimah menggunakan alat ini untuk menggiling gandum, hingga kedua telapak tangannya kapalan. Dia sempat mengeluhkan kondisi sulit itu kepada ayahnya.    

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement