Kamis 01 Jul 2021 06:15 WIB

Kata Terakhir Ali bin Abi Thalib dan Pengakuan Sang Pembunuh

Ali bin Abi Thalib dibunuh Ibnu Muljam saat hendak sholat Subuh

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Ali bin Abi Thalib dibunuh Ibnu Muljam saat hendak sholat Subuh. Ali bin Abi Thalib. (ilustrasi)
Foto: NET
Ali bin Abi Thalib dibunuh Ibnu Muljam saat hendak sholat Subuh. Ali bin Abi Thalib. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ali bin Abi Thalib merupakan khalifah keempat kekhalifahan Rasyidin yang mati syahid pada tahun 40 Hijriyah, dan itu adalah tahun yang sulit bagi umat Islam. Kesyahidan Sayyidina Ali ini telah diceritakan Ibnu Katsir dalam kitabnya yang berjudul Al-Bidayah wan Nihayah. Ia mengingatkan proses terjadinya pembunuhan sepupu sekaligus menantu Rasulullah SAW itu.

Menurut Ibnu Katsir, Sayyidina Ali saat itu dihadapkan dengan berbagai masalah. Orang-orang Irak tidak setuju dengannya, dan mereka tidak mau bergabung dengan Sayyidina Ali sebagai khalifah. 

Baca Juga

Selain itu, masalah penduduk Syam juga semakin memburuk, dan mereka mengklaim bahwa pemerintahan adalah milik Muawiyah bin Abu Sufyan, gubernur Syam.

Saat kekuatan penduduk Syam semakin bertambah, semakin lemah pula arogansi rakyat Irak. Setelah Ali setuju untuk melakukan arbitrase dengan Muawiyah bin Abu Sufyan pada saat Pertempuran Shiffin (657), sebuah pemberontakan terjadi terhadap Ali yang dilakukan beberapa anggota tentaranya, yang kemudian dikenal sebagai Khawarij (mereka yang keluar).

Mereka membunuh beberapa pendukung Ali, tetapi mereka dihancurkan pasukan Ali pada Pertempuran Nahrawan pada Juli 658. Salah satu sejarawan, Ibnu Jarir menyebutkan pada suatu hari telah berkumpul tiga orang Khawarij. Mereka adalah Abdurrahman bin Muljam, Burak bin Abdullah, dan Ibnu Bakr At-Tamimi. Mereka berkumpul dan mendiskusikan pembunuhan saudara-saudara mereka dari kaum Nahrawan.

Menurut ketiga orang itu, bahwa pada saat itu telah terjadi kekacauan di kalangan umat Islam. Dan, yang menjadi pangkal kekacauan itu adalah Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abu Sufyan, dan Amr bin Ash.

Kemudian, ketiga orang Khawarij itu mengenang korban-korban kawan mereka sesama Muslim yang mati ketika berperang antara kubur Ali dengan Muawiyah. Menurut mereka, tak ada gunanya hidup padahal orang-orang yang mati itu adalah orang-orang yang taat beribadah dan taat kepada Allah.

Karenanya, ketiga orang Khawarij ini ingin mengorbankan diri mereka untuk kebaikan umat. Dan, mereka berencana memerangi Ali, Muawiyah, dan Amru sehingga keadaan umat bisa kembali tenang, menurut mereka.

Ibnu Muljam berkata,  "Saya membunuh Ali!"

Burak berkata, "Saya membunuh Muawiyah!"

Ibnu Bakr berkata: "Saya membunuh Amr bin Ash!"

Mereka pun bersepakat atas nama Allah, tidak ada yang akan mangkir dan mundur sebelum maksud membunuh ketiga orang sahabat Nabi Muhammad itu terbunuh. Mereka ambil pedang masing-masing dan diberi racun. Mereka bersepakat untuk melaksanakan aksinya pada malam 17 Ramadhan.

Burak tak berhasil melancarkan misinya. Saat ia menunggu Muawiyah untuk pergi sholat di masjid Syam, ia hanya menusuk bagian pinggang Muawiyah, bukan perutnya. Burak pun ditangkap dan kemudian dibunuh.

Sementara, Ibnu Bakr telah menunggu di bilik mihrab berselimut kain supaya bisa menikam Amr yang sedang sholat. Tetapi, ternyata Amr mewakilkan imam kepada orang lain yang bernama Kharijah.  Ketika Kharijah yang sholat, Ibnu Bakr bakar menikamnya sehingga membuatnya tewas. Dan, Amr bin Ash yang ditujunya berhasil lolos.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement