Kamis 24 Dec 2020 22:45 WIB

Apakah Perlu Memusuhi Orang Kafir Sepanjang Masa?

Islam tidak mengajarkan permusuhan permanen pada kafir

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Islam tidak mengajarkan permusuhan permanen pada kafir. Perang Salib (Ilustrasi)
Foto: Screenshoot
Islam tidak mengajarkan permusuhan permanen pada kafir. Perang Salib (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA – Salah satu sifat kaum musyrik Makkah atau orang kafir adalah akan terus memerangi umat Islam sampai umat Islam saat itu mau meninggalkan agamanya. 

Walupun, hal itu tidak dilakukan semua orang non-Muslim atau kafir, tetapi hanya orang atau kelompok tertentu saja. Lalu, perlukah umat Islam memusuhi orang kafir secara permanen?

Baca Juga

Salah satu tim penulis dan editor buku “Damai Bersama Alqur’an”, Muchlis M Hanafi, menjelaskan, apabila orang kafir tersebut akhirnya menghentikan peperangan, maka kaum Muslim juga harus mengehentikannya. Menurut dia, isyarat ini terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 192: Allah SWT berfirman:

فَاِنِ انْتَهَوْا فَاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ "Tetapi jika mereka berhenti, maka sungguh, Allah Mahapengampun, Mahapenyayang." 

Menurut Muchlis, dari sini jelas bahwa orang musyrik yang tidak lagi memerangi umat Islam tidak boleh diperangi, bahkan bila di kemudian hari mereka berhenti dari kemusyrikannya dan menerima Islam, sesungguhnya Allah Mahapengampun lagi Mahapenyayang.

“Atau, meskipun seandainya mereka tidak masuk Islam, tetapi mereka menghentikan permusuhan, maka mereka tidak boleh diperangi,” kelas Muchlis.

Karena itu, menurut dia, jika Alquran tidak memerintahkan kaum Muslim untuk tidak memusuhi orang yang tidak lagi memerangi kaum Muslim, tentu menjadi kewajiban umat Islam untuk berbuat baik dan tidka memerangi orang-orang non-Muslim yang sejak awal memenag tidak pernah memusuhi umat Islam.

Dalam salah satu hadits Rasulullah SAW juga meyakinkan bahwa orang-prang musyrik yang tadinya memsuhi Islam akan diampuni apabila mereka berhenti memusuhi, apalagi jika masuk Islam. Imam Muslim meriwayatkan dari ‘Amr bin al-‘Ash sebagai berikut:

فلما جعل الله الإسلام في قلبي أتيت النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ فقلت: ابسط يمينك فلأبايعك، فبسط يمينه، قال: فقبضت يدي، قال: مالك يا عمرو ؟، قال: قلت: أردت أن أشترط، قال: تشترط بماذا ؟، قلت: أن يُغفر لي، قال: أما علمتَ أن الإسلام يهدم ما كان قبله ؟، وأن الهجرة تهدم ما كان قبلها ؟

“Setelah Allah meresapkan agama Islam betul-betul ke dalam hatiku, aku pun datang kepada Nabi dan berkata, “Ulurkan tanganmu aku akan membaiat kamu.” Maka, Rasulullah mengulurkan tangannya, lalu aku menarik tangaku. Nabi bertanya, “Mengapa engkau menarik tanganmu?” Aku menjawab, “Aku akan minta satu syarat”.

Rasulullah bertanya, “Engkau akan minta syarat apa?” Aku menjawab, “Aku ingin agar Allah mengampuniku”. Rasulullah bersabda, “Tidakkah engkau tahu wahai ‘Amr, bahwa Islam itu menghapuskan apa yang terjadi sebelumnya, hijrah menghapuskan apa yang sebelumnya, dan haji menghilangkan dosa-dosa yang sebelumnya?”   

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement