Jumat 04 Sep 2020 20:37 WIB

Ayat Iqra bukan Wahyu Pertama yang Turun kepada Nabi SAW

Al-Alaq ayat 1-3 bukanlah wahyu yang pertama kali sampai kepada Nabi Muhammad SAW

Rasulullah SAW (ilustrasi)
Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Rasulullah SAW (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW mengikuti syariat yang dicontohkan Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS, sebelum Alquran diturunkan kepada beliau shalallahu 'alaihi wasallam. Beberapa contoh syariat itu ialah ritual-ritual, seperti haji, khitan, mandi jinabat dan sebagainya.

Surah al-'Alaq ayat 1-3 merupakan wahyu yang turun kepada Nabi Muhammad SAW. Surah itu disebut juga sebagai ayat Iqra karena mengandung perintah untuk membaca ('Bacalah dengan [menyebut] nama Tuhanmu Yang menciptakan').

Baca Juga

Akan tetapi, menurut sejumlah ulama, ayat tersebut bukanlah wahyu yang pertama kali sampai kepada Muhammad SAW. Seperti diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim, Aisyah RA menuturkan, wahyu yang pertama kali diturunkan kepada beliau adalah mimpi yang baik (al-ru'ya al-shalihah) ketika beliau tidur.

Selain itu, Rasulullah SAW juga diberikan oleh Allah kecenderungan untuk melakukan perenungan atau menyendiri (tahannuts), termasuk saat di Gua Hira. Demikianlah keadaan beliau sampai akhirnya Malaikat Jibril turun dengan membawa tiga ayat yang merupakan awal surah al-'Alaq itu.

 

Imam al-Syaukani dalam Fath al-Qadir memberikan definisi yang lebih perinci.

Ia menjelaskan, seorang nabi adalah pria yang diberikan wahyu oleh Allah SWT melalui mimpi atau ilham. Sementara itu, seorang rasul adalah pria yang diberikan wahyu oleh Allah SWT melalui perantaraan Malaikat Jibril.

Maka dari itu, ia menyimpulkan, Rasulullah Muhammad SAW ketika menerima surah al-'Alaq di Gua Hira itu sesungguhnya sudah berstatus sebagai seorang nabi.

Dan, sejak turunnya ayat Iqra` itu, beliau otomatis berstatus sebagai rasul.

Pendapat tersebut diperkuat Imam al-Baihaqi. Menurutnya, Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi seorang nabi pada bulan Rabiul Awal berdasarkan wahyu yang diperolehnya melalui mimpi. Enam bulan kemudian, beliau menerima wahyu dalam keadaan terjaga di Gua Hira.

Imam Ibn Hajar al-'Asqalani menuturkan, wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW berupa mimpi-mimpi berfungsi sebagai persiapan mental bagi beliau dalam menerima wahyu-wahyu berikutnya, yakni yang melalui Malaikat Jibril yang datang kepadanya dalam keadaan terjaga.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Apakah internet dan teknologi digital membantu Kamu dalam menjalankan bisnis UMKM?

  • Ya, Sangat Membantu.
  • Ya, Cukup Membantu
  • Tidak
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
كَانَ النَّاسُ اُمَّةً وَّاحِدَةً ۗ فَبَعَثَ اللّٰهُ النَّبِيّٖنَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ ۖ وَاَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيْمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ فِيْهِ اِلَّا الَّذِيْنَ اُوْتُوْهُ مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَتْهُمُ الْبَيِّنٰتُ بَغْيًا ۢ بَيْنَهُمْ ۚ فَهَدَى اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لِمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ مِنَ الْحَقِّ بِاِذْنِهٖ ۗ وَاللّٰهُ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ
Manusia itu (dahulunya) satu umat. Lalu Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Dan diturunkan-Nya bersama mereka Kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Dan yang berselisih hanyalah orang-orang yang telah diberi (Kitab), setelah bukti-bukti yang nyata sampai kepada mereka, karena kedengkian di antara mereka sendiri. Maka dengan kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.

(QS. Al-Baqarah ayat 213)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement