Ahad 24 May 2020 22:07 WIB

Apa Makna 'Allah Itu Dekat'?

Kedekatan Allah dengan hamba-Nya bermakna rohani dan spiritual

Lafaz Allah (Ilustrasi)
Lafaz Allah (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Musa pernah mengajukan pertanyaan kepada Allah SWT, "Ya Allah, apakah Engkau jauh sehingga aku perlu memanggil-Mu keras-keras? Ataukah Engkau dekat sehingga aku cukup berbisik kepada-Mu?"

Allah SWT berfirman, ''Kalau Kukatakan jauh, kamu tak dapat mencapainya, dan kalau Kukatakan dekat, kau pun tak bakal mampu menempuhnya.''

Tidak ada kode iklan yang tersedia.
Baca Juga

Menurut pakar tafsir Al-Raghib al-Ashfahani dalam kitab Al-Mufradat fi Gharib Alqur'an, pernyataan Rabb semesta alam itu bermakna bahwa Allah pada hakikatnya amat dekat dengan hamba-Nya.

Bahkan, menurut Alquran surah Qaf ayat 16, Allah justru lebih dekat kepada manusia ketimbang urat nadi manusia itu. Namun, lanjut al-Raghib, kedekatan-Nya tidaklah bersifat fisik seperti dibayangkan Nabi Musa dalam dialog di atas, melainkan bersifat rohani dan spiritual.

Allah mendekati hamba-Nya melalui petunjuk dan limpahan nikmat dan karunia-Nya yang tak terhingga banyaknya. Inilah makna kedekatan Allah kepada manusia.

Lalu, bagaimana dengan kedekatan manusia kepada-Nya? Menurut al-Ashfahani, kita dapat mendekati-Nya secara rohani pula, yaitu menghiasi diri sebanyak mungkin dengan ''sifat-sifat'' Allah, seperti sifat pengasih dan penyayang.

Setiap kita tentu berbeda-beda kedekatannya dengan Allah, bergantung dan setingkat dengan upaya yang kita lakukan.

Menurut Syekh Islam Ibnu Taimiyyah dalam sekian banyak karyanya, orang-orang yang mendekatkan diri kepada Tuhan dapat diklasifikasi menjadi dua kelompok.

Pertama, kelompok al-muqtashidun, kelompok sedang atau pertengahan, yaitu orang-orang yang mendekati Allah dengan menjalani semua kewajiban dan menjauhi semua larangan Allah SWT.

Kedua, kelompok al-muqarrabun, kelompok terdepan, yang mendekati Allah bukan saja dengan melakukan seluruh kewajiban dan menjauhi semua larangan, melainkan juga melengkapi diri dengan berbagai ibadah-ibadah sunnah (al-mandubat). Bahkan mereka mampu menjadikan semua aktifitasnya, meski tidak bersifat khas keagamaan, bermakna dan memiliki nilai pengabdian.

Allah akan menyambut hamba-Nya yang dengan tulus dan ikhlas hendak kembali ke jalan-Nya. Dalam sebuah hadits Qudsi yang sangat populer di kalangan kaum sufi, Allah SWT berfirman, ''Jika hamba-Ku mendekat kepada-Ku sejengkal, maka aku telah datang menghampirinya sehasta. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku datang menyambutnya dengan berlari. Dan jika ia datang kepada-Ku dengan berlari, maka aku datang menyongsongnya lebih cepat lagi.''

sumber : Hikmah Republika oleh A Ilyas Ismail
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement