Jumat 08 May 2020 06:08 WIB

Siapa Fakir Itu? Ini Penjelasan Syekh Nawawi Al-Banteni

Ada tiga pengertian fakir menurut Syekh Nawawi al-Banteni.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
Penjelasan Fakir Menurut Syekh Nawawi al-Banteni. Pekerja mengangkat sembako bantuan sosial (bansos)  di gudang distribusi, Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (29/4/2020). Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyalurkan bansos senilai Rp500 ribu bagi warga yang berpenghasilan rendah dan termasuk miskin baru akibat pandemi COVID-19
Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Penjelasan Fakir Menurut Syekh Nawawi al-Banteni. Pekerja mengangkat sembako bantuan sosial (bansos) di gudang distribusi, Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (29/4/2020). Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyalurkan bansos senilai Rp500 ribu bagi warga yang berpenghasilan rendah dan termasuk miskin baru akibat pandemi COVID-19

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mustahik atau orang-orang yang berhak menerima zakat memiliki delapan golongan, salah satunya golongan fakir. Syekh Allamah Muhammab bin Umar an-Nawawi al-Banteni dalam Kitab Syarah Kasyifah as-Saja Fi Syarhi Safinah an-Naja menjelaskan pengertian fakir.

Syekh Nawawi menjelaskan, pengertian fakir adalah orang yang tidak memiliki harta yang halal dan pekerjaan yang halal. Yang dimaksud dengan pekerjaan di sini adalah pekerjaan mencari nafkah untuk kehidupan. Pengertian fakir lainnya adalah orang yang memiliki harta halal, tetapi hartanya tidak dapat mencukupi kebutuhannya seumur hidup ketika hartanya dibelanjakan.

Baca Juga

Ukuran seumur hidup disesuaikan pada umumnya orang-orang hidup, menurut pendapat muktamad adalah 60 tahun. Namun, yang dimaksud adalah kecukupan kebutuhan hidup sisa umur dari 60 tahun. Misalnya, usianya sudah 40 tahun maka yang dihitung adalah 20 tahun sebagai sisa dari usia 60 tahun.

Misalnya, kebutuhan untuk kehidupan sehari 10 dirham, tetapi setiap hari hanya mendapat empat dirham atau kurang, maka termasuk orang fakir. Namun, bila pendapatan hartanya memenuhi setengah kebutuhannya per hari, orang ini bukan disebut fakir melainkan miskin.

Orang yang memiliki pekerjaan halal dan layak, tetapi hasil pekerjaan tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhannya per hari serta pendapatannya kurang dari setengah kebutuhannya per hari, mereka juga termasuk tergolong fakir.

Pengertian fakir yang terakhir, orang yang memiliki harta dan pekerjaan yang halal, tetapi harta yang telah dikalkulasi untuk kebutuhan seumur hidup ditambah dengan hasil pekerjaannya per hari tidak mencapai setengah dari kebutuhan hidup per hari. Mereka juga disebut fakir.

Namun, menurut Syekh Nawawi, seseorang tidak masuk dalam kategori fakir atau miskin jika kebutuhannya telah terpenuhi karena nafkah dari suami atau kerabat, yaitu orang-orang yang wajib memberi nafkah kepadanya seperti ayah dan kakek dan bukan paman.

photo
Siapa saja yang berhak menerima zakat? - (Republika.co.id)
 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Apakah internet dan teknologi digital membantu Kamu dalam menjalankan bisnis UMKM?

  • Ya, Sangat Membantu.
  • Ya, Cukup Membantu
  • Tidak
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
كَانَ النَّاسُ اُمَّةً وَّاحِدَةً ۗ فَبَعَثَ اللّٰهُ النَّبِيّٖنَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ ۖ وَاَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيْمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ فِيْهِ اِلَّا الَّذِيْنَ اُوْتُوْهُ مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَتْهُمُ الْبَيِّنٰتُ بَغْيًا ۢ بَيْنَهُمْ ۚ فَهَدَى اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لِمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ مِنَ الْحَقِّ بِاِذْنِهٖ ۗ وَاللّٰهُ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ
Manusia itu (dahulunya) satu umat. Lalu Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Dan diturunkan-Nya bersama mereka Kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Dan yang berselisih hanyalah orang-orang yang telah diberi (Kitab), setelah bukti-bukti yang nyata sampai kepada mereka, karena kedengkian di antara mereka sendiri. Maka dengan kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.

(QS. Al-Baqarah ayat 213)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement